Minggu, 28 Agustus 2016

Resensi Matahari



Judul : Matahari
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia 
Tebal Buku : 400 hlm; 20 cm 
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2016


resensiarnab.blogspot.co.id Novel Matahari menceritakan tentang petualangan 3 sahabat; Raib, Ali dan Seli. Merupakan lanjutan dari novel yang berjudul Bumi dan Bulan.

Mereka bersekolah di sekolah yang sama, namun sebenarnya berasal dari nenek moyang berbeda. Raib merupakan keturunan dari klan bulan, Seli memiliki garis keturunan dari klan matahari. Sedangkan Ali berasal dari klan bumi.

Raib memiliki kemampuan menghilang/berpindah tempat (teleportasi), kemampuan memukul berdentum dan kemampuan mengobati. Seli juga demikian memiliki kemampuan. Kemampuannya adalah memindahkan benda-benda (kinetik) dan tangannya dapat berubah menjadi amat panas sekali. Sementara Ali, memiliki otak yang jenius; dapat membuat berbagai peralatan baru bertekhnologi tinggi. Dan bila sedang marah, Ali dapat berubah menjadi gorilla.

Dalam novel ini, Ali membuat kendaraan berbentuk kapsul. Kemampuan kendaraan ini dapat menembus lapisan tanah bagian bawah hingga ribuan kilometer.

Petualangan seru bermula dari perjalananan 3 sahabat ini mencari tempat dimana para klan bintang tinggal. Awalnya Ali menginginkan agar Raib mau menggunakan buku ‘Matematika’ nya untuk masuk ke dunia tempat klan bintang tinggal. Karena lewat buku inilah mereka telah memasuki portal ke tempat klan bulan dan matahari (pada episode sebelumnya)

Akan tetapi Raib tidak mau. Karena dia sudah berjanji tidak akan sembarangan menggunakan buku ‘Matematika’ nya itu. Oleh karenanya Ali berputar otak agar dapat berpetualang di klan bintang. Dia merancang ulang agar kendaraan berbentuk kapsulnya dapat lebih sempurna lagi. Sambil cari tahu dimana para klan bintang tinggal.

Akhirnya ditemukan lorong-lorong kuno. Lewat lorong-lorong inilah, mereka mulai mencari tahu dimana orang-orang klan bintang berada. Perjalanan melalui lorong ini, tidak semulus yang dikira. Mereka harus menghadapi banyak ular dalam ukuran besar. Mereka bahu membahu dengan kekuatan masing-masing menaklukkan ular. Bagian dari lorong berikutnya mereka kembali menghadapi rintangan. Kali ini mereka berhadapan dengan kelelawar raksasa dalam jumlah yang banyak.

Pertarungan yang seru. Tidak kalah serunya dengan pertarungan ketika melawan ular-ular raksasa. Selanjutnya mereka memasuki lorong yang penuh Kristal. Kristal-kristal ini perlu dihancurkan agar dapat melanjutkan perjalanan mereka bertiga mencari tempat dimana klan bintang tinggal. Pada saat sedang menghancurkan Kristal-kristal inilah, mereka ditangkap. Ditangkap oleh orang-orang klan bintang.

Mereka dibawa ke Lembah Hijau, salah satu tempat dimana orang-orang klan bintang tinggal. Lembah dipimpin oleh seorang nenek yang usianya sudah amat tua. Dia bernama Faar.

Ketiga sahabat ini dapat hidup tenang di Lembah Hijau. Dapat menikmati berbagai tekhnologi canggih. Suatu ketika mereka dihidangkan makanan berupa bubur. Tapi rasa bubur bisa berbeda-beda sesuai dengan keinginan, bayangan dari yang makannya. Padahal dari bentuk sama saja.

Mereka juga mengenakan pakaian canggih. Ketika pertama kali dipakai biasa saja. Tapi begitu dibayangkan jenis pakaian lain sesuai dengan keinginan masing-masing, pakaian itu berubah. Berubah menjadi persis seperti yang dibayangkan dan diinginkan.

Kehidupan tenang mereka terusik oleh penguasa dan aparat klan bintang yang berada di ibu kota. Penguasa dan aparat klan bintang tidak ingin ada orang yang tinggal di negara Klan Bintang dan memiliki kemampuan seperti yang dimiliki Raib, Seli dan Ali. Orang-orang yang memiliki kekuatan dari klan bulan, matahari dan bumi harus ditangkap.

Upaya melarikan diri, bersembunyi dan melawan penguasa serta aparat ibukota inilah yang banyak dibahas. Di sinilah puncak keseruannya. Di saat-saat terdesak, ada saja kejutan-kejutan perlawanan yang mereka lakukan.

Ketiga sahabat ini harus menghadapi pihak militer yang bersenjatakan canggih. Persenjataan yang memang dirancang untuk menghadapi orang-orang yang memiliki kekuatan dari klan bulan, matahari dan bumi.

Raib harus memaksimalkan kekuatan teleportasi dan pukulan berdentumnya. Seli juga mengerahkan segala kekuatan kinetiknya. Demikian pula dengan Ali. Kemampuan mereka ini saja tidak cukup, mereka juga harus menghadapinya dengan taktik, kecerdikan dan bersiasat.

Lepas dari pasukan klan bintang. Mereka harus menghadapi pasukan lainnya. Menghadapi robot besar dalam jumlah yang banyak. Robot ini bukan saja besar dan dilengkapi tekhnologi tingkat tinggi. Tapi robot ini seolah dapat berpikir. Dapat ‘membaca’ semua gerak gerik Raib, Seli dan Ali. Walau hingga akhirnya mereka tertangkap kembali.

Karakter Raib yang suka ragu-ragu dilengkapi oleh Ali yang selalu berpikir positif dan selalu tenang dalam menghadapi berbagai ketegangan. Kelemahan Seli sebagai sosok yang paling takut diantara ketiga sahabat ini, ditenangkan oleh Raib. Walau Seli dikenal sosok yang paling takut, tapi dia banyak melakukan berbagai perlawanan yang mengejutkan, di saat Raib dan Ali buntu.

Novel ini bisa dikatakan khayalan. Tapi tetap khayalan yang berdasar. Dapat menembus ribuan kilometer di bawah lapisan tanah, merupakan sesuatu yang mungkin saja terjadi. Bukankah Allah berfirman dapat menembus langit dan bumi dengan kekuatan, ilmu.

Banyak hal khayal di sini, tapi mungkin saja suatu saat terjadi. Saya senang membaca novel ini dari sisi ide si penulis. Kok bisa terpikir seperti itu ya?

Novel ini bisa dibaca dibaca terpisah, tanpa harus membaca dua novel sebelumnya; Bumi dan juga Bulan. Tapi tetap rasanya tidak lengkap bila tidak membaca dua novel sebelumnya.

Segi kekurangannya adalah cerita ini mirip dengan film X-Men. Juga mirip dengan film seri Tomorrow People.

Di film X-Men, masyarakat umum digiring untuk melawan orang-orang yang memiliki kekuatan mutan. Orang-orang berkekuatan mutan merupakan ancaman bagi masyarakat umum.

Dalam film Tomorrow People, ada organisasi yang kegiatannya memerangi orang-orang yang memiliki kekuatan teleportasi, kinetik dan telepati. Orang-orang yang memiliki kekuatan ini merupakan ancaman.

Demikian di novel Matahari. Orang-orang yang memiliki kekuatan klan bulan, matahari dan bumi merupakan ancaman bagi klan bintang. Oleh karenanya, orang-orang berkekuatan klan itu harus ditangkap dan kalau perlu dilenyapkan.

Sehingga dari sisi ini, yang diceritakan di dalam novel Matahari bukan sesuatu yang baru. Akan tetapi, secara pribadi saya kagum pada ide-ide penulis. Si penulis, Tere Liye begitu pandai menggambarkan karakter-karakter di dalam ceritanya ini. Pandai meletakkan berbagai ketegangan yang seolah tidak pernah ada habisnya.




Minggu, 07 Agustus 2016

Hidayah Allah di Negeri Seribu Daun Maple



Judul Buku : Embun di Atas Daun Maple
Judul Resensi: Hidayah Allah di Negeri Seribu Daun Maple
Karya        : Hadis Mevlana
Halaman    : 286 halaman
Penerbit     : Tinta Medina
Embun di Atas Daun Maple, begitu judulnya. Novel ini karya Hadis Mevlana. Bercerita tentang mahasiswa muslim yang bernama Sofyan yang kuliah di University of Saskatchewan, Kanada. Sofyan berinteraksi dengan teman-temannya yang non muslim, salah satunya Kiara. Kiara inilah yang paling banyak berdiskusi dengan Sofyan terkait masalah agama.
Pengetahuan Kiara tentang Al-Kitab, membuatnya dia bertanya-tanya dan mendiskusikannya dengan Sofyan. Dia meminta penegasan kepada Sofyan tentang nama istri nabi Adam, apakah Al-Quran menyebutkannya. Karena sepengetahuan Kiara, Al-Quran tidak menyebutkan nama Hawa. Tapi kenapa umat Islam bisa mengatakan bahwa nama istri nabi Adam adalah Hawa.
Pengetahuan Kiara tentang Al-Kitab dan juga beberapa hal yang ada di dalam Al-Quran diimbangi dengan pengetahuan yang mendalam dan rinci dari Sofyan.
Ketidak mengertian Kiara tentang nama istri nabi Adam terjawab semua. Kekritisan Kiara mengapa umat Islam perlu menggunakan hadits, padahal Al-Quran itu penyempurna, akhirnya jelas juga baginya.
Terkadang Kiara bersikeras dengan pemahamannya yang diperoleh dari Al-Kitab. Seperti terkait anak nabi Ibrahim yang dikorbankan. Menurut agama Kiara berdasarkan Al-Kitab bahwa Ishak yang dijadikan korban oleh nabi Ibrahim dan bukan nabi Ismail.
Semua paham Kiara dapat dipatahkan oleh Sofyan.
Novel ini banyak menceritakan dialog antar agama. Pertanyaan yang diajukan Kiara dan jawaban yang diberikan Sofyan, menunjukkan kedalaman penulis terhadap Al-Kitab dan Al-Quran. Seolah menunjukkan bahwa penulis ahli dalam perbandingan agama.
Di dalam cerita ini tidak hanya ada Kiara dan Sofyan. Tapi ada Fritz, Felix, Olivia, Eva dan lainnya. Mereka bersahabat semua. Sebagian mereka ada yang muslim seperti Sofyan. Sebagian yang lain, non muslim. Namun persahabatan dan interaksi antar mereka terasa serasi. Terlihat sekali toleransi beragama di antara mereka.
Walau banyak bertaburan ayat-ayat dari Al-Kitab dan Al-Quran, tapi ceritanya tidak membuat orang berkerut kening. Ceritanya ringan. Bahkan setiap bab-nya, diisi hanya beberapa lembar saja. Sehingga pembaca dapat beristirahat sejenak bila satu bab telah dibacanya. Baru pada bab ke 11, lembaran halamannya lebih banyak dari sebelumnya.
Cerita ini berjalan lambat. Konfliknya terasa ringan dan terlambat sekali datang. Walau demikian, seperti yang saya jelaskan di atas, penulisnya tergambar sebagai sosok orang yang mengerti benar perbandingan agama.
Masih banyak lagi pembahasan lainnya yang ditanyakan Kiara dan dijawab tuntas oleh Sofyan.
Ilustrasi tentang kondisi negara Kanada, cukuplah tergambar.
Interaksi yang intens antara Kiara dan Sofyan terkait dialog antar agama, apakah membuat Kiara tertarik untuk menjadi mualaf?
Sofyan sendiri sempat bermimpi bahwa Kiara melafalkan bagian awal dari syahadat. Apakah ini pertanda bahwa cerita berakhir pada masuk Islamnya Kiara?
Siapakah sebenarnya pengagum rahasia Sofyan? Pengagum rahasia yang kerap mengirimkan puisi dan bunga mawar.