Kamis, 28 Agustus 2014

Feel (Resensi)




Judul Buku    : Feel
Penulis          : Yusuf Mansur
Jumlah Hal.           : 176 halaman
Tahun terbit   : Cetakan Pertama, Mei 2013
Harga            : Rp 59.000

Buku Feel karya ustadz Yusuf Mansur merupakan buku Tauhid. Dalam muqaddimahnya, ustadz YM bertanya, “Siapa Tuhan kita? Jawabannya mesti Allah, pasti Allah. Ga ada yang lain.

Tapi benarkah Allah? Benarkah hanya Allah? Benarkah ga ada yang lain? (halaman viii)

Ustadz YM mencoba memberi gambaran. Seseorang yang mengetahui Allah Maha Melihat, Insya Allah bisa mengantarkan orang ini maunya berbuat baik saja. Mempersembahkan yang terbaik kepada Allah. (halaman ix dan x)

Seseorang yang tidak mengetahui Allah Maha Mendengar, maka ia akan terus nyaman bicara yang buruk-buruk. (halaman x)

“Berani ga? Atau bisa ga? Ke pasar, bawa semua daftar belanjaan yang sudah ditulis, tapi tidak usah bawa duit. Tidak usah bawa uang. Gimana?”

Kalau emang percaya, Allah Maha Kaya, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Punya, Maha Memiliki, mengapa harus terhadang sama yang namanya duit? (halaman xii dan xiii)

Begitulah ustadz YM membuka Feel dengan Muqaddimahnya yang cukup panjang. Yang intinya, ustadz ingin menggugah benarkah Tuhan kita Allah? Kalau benar Tuhan kita Allah, berbagai contoh kasus yang ada di muqaddimah coba diterapkan atas diri kita.

Bisnis, ekonomi, perdagangan, dunia usaha semuanya memiliki hubungan yang amat erat dengan akidah.

Saat ini, pelan-pelan umat Islam dipisahkan dari kekuasaan, politik dan juga ekonomi. Sehingga umat Islam lebih merasa jadi pesuruh, nyaman sekali menjadi orang undercontrolled. Padahal ada resikonya menjadi orang undercontrolled. Terlebih bila atasan kita seorang non muslim, “Kamu ini saya bayar bukan untuk shalat Dhuha, ini adalah waktunya kerja, cepat kerja sana!”

Banyak perusahaan yang melarang pekerjanya mengenakan jilbab. Jangan salahkah bosnya, tapi salahkan kita. “Kenapa gak kita yang bikin perusahaannya?”

Kenapa RS melarang para perawatnya mengenakan jilbab? Apakah itu salah pihak RS? Coba kesalahan itu diarahkan ke kita. Mereka yang bekerja itu urusannya perut. Jika urusannya perut, jangankan melepaskan jilbab, lebih dari itu juga tidak menjadi masalah. (hal. 4-8)

Dalam bab Membangun ekonomi, menyelamatkan Aqidah ini, ustadz YM ingin menjelaskan bahwa umat Islam perlu memiliki kendali ekonomi. Jika tidak, aqidah mereka akan terancam. Sebaliknya dengan memiliki kendali ekonomi, aqidah umat Islam dapat terselematkan.

Jika umat Islam harus memiliki kendali ekonomi, apakah memiliki usaha, berbisnis itu tidak sulit? Inilah pertanyaan yang akan muncul selanjutnya. Pertanyaan yang muncul, jika kita sudah sepakat bahwa umat Islam perlu memiliki kendali ekonomi.

Pertanyaan ini dijawab oleh ustadz YM pada bab selanjutnya yang berjudul Business? It is Easy.

Ustadz YM memulai pembahasan bab ini dengan memaparkan berbagai dalil. Nabi Zakaria dengan istrinya yang sudah berumur 90-an tahun punya anak. Dalam firman-Nya, Allah berfirman, “Huwa ‘alaiya hayyin. Buat-Ku adalah mudah.”

Maryam dikatakan akan hamil. Maryam pun bertanya, “Darimana saya bisa hamil? Aku ini belum pernah disentuh dan aku ini bukan pezina.” Allah pun menjawab, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku.” (QS Maryam: 9)

Selanjutnya ustadz juga memaparkan sebuah kisah nyata tentang pak Syafi’i dan istrinya diusir dari kontrakan, karena gak bisa bayar. Pak Syafi’i harus membayar kontrakan senilai Rp 1,4 juta. Sedangkan dia hanya memiliki uang Rp 1 juta.

Pemilik kontrakan tidak ingin menerima uang kontrakan sebelum lengkap berjumlah Rp 1,4 juta. Sementara pak Syafi’i ingin menyerahkan terlebih dahulu yang ada padanya, sedangkan sisanya yang berjumlah Rp 400.000, menyusul nanti.

Pak Syafi’i dan istri menyaksikan ceramah ustadz YM tentang keutamaan bersedekah dan balasan yang akan diterima juga berlipat ganda. Suami istri itu tergugah untuk bersedekah dan pak Syafi’i mensedekahkan semua uang yang ada padanya, yakni sebesar Rp 1 juta. Dengan harapan, mereka akan memperoleh balasan dalam bentuk uang berlipat-lipat. Sehingga dengan demikian, mereka dapat membayar kontrakannya, bahkan memperoleh kelebihan yang cukup banyak.

Penantian itu terus berlangsung, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu hingga batas waktu yang telah ditentukan oleh pemilik kontrak. Sempat terpikir, sewaktu sebelum bersedekah, sisa pembayaran yang harus disiapkan tinggal Rp 400.000. Sedangkan setelah bersedekah, uang yang harus disiapkan menjadi Rp 1.400.000. Bagaimana pak Syafi’i dan istrinya mengatasi masalah ini?

Temukan jawabannya sendiri (hal. 24-25)  

Buku Feel berbeda dengan buku tauhid karya Yusuf Al-Qaradhawi, juga berbeda dengan buku Abdurrazaq Naufal dan buku Samih  Athif Zain yang membahas pengenalan Allah lewat pemaparan yang ada di alam semesta di sekitar kita.

Buku Feel berbeda juga dengan pembahasan Tauhid karya Abdul Wahab. Syaikh Abdul Wahab membahas tauhid dengan memaparkan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits tentang bahayanya tidak bertauhid alias syirik atau menyekutukan Allah.

Buku Feel membahas tentang Tauhid dengan memaparkan kondisi-kondisi yang ada di sekitar kita. Kondisi sehari-hari kita.  

Karena buku ini membahas tentang tauhid, buku penting dan perlu untuk seluruh kaum muslimin. Tauhid merupakan dasar dari segalanya. Dasar dari ibadah, muamalah. Apapun kebaikan seseorang, jika tauhidnya salah, maka amal kebaikannya akan sia-sia. Sekali lagi buku tauhid ini penting dan perlu dimiliki umat Islam.

Feel merupakan buku pertama dari trilogi. Yang masing kelanjutannya berjudul RICH dan BELIEVE.

Buku ini terkadang disajikan dengan ungkapan ustadz yang kental dengan bahasa betawinya.

Buku ini juga dilengkapi dengan foto-foto. Namun sayang foto-foto itu tidak berwarna. Kalo selera saya, alangkah bagusnya jika foto-foto yang menjadi sisipan itu berwarna, terutama foto-foto yang bisa memakan satu halaman penuh.

Teman-teman ingin pesan
Telp: 0816-14011-66            BB: 2B18062C

Senin, 18 Agustus 2014

Sapta Siaga Mencari Jejak





Penulis   : Enid Blyton
Judul Terjemahan: Mencari Jejak
Penerjemah: Agus Setiadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Menegangkan. Itu kesan pertama ketika membaca novel Sapta Siaga yang berjudul Mencari Jejak.

Kisah berawal ketika Peter, pimpinan Sapta Siaga memutuskan bahwa sampai dengan Natal, kegiatan/rapat Sapta Siaga ditiadakan. Ketika liburan Natal tiba, baru diadakan lagi rapat Sapta Siaga. Keputusan ini disampaikan kepada seluruh anggota Sapta Siaga; Jack, Colin, George, Pam, Barbara dan Janet.

Usulan Peter ini mendapat penentangan dari teman-temannya ini. Akhirnya diputuskan Sapta Siaga tidak akan mengadakan rapat sampai Natal, kecuali ada peristiwa-peristiwa yang menuntut diadakan rapat.

Dalam rapat ‘terakhir itu’ diputuskan bahwa seluruh anggota Sapta Siaga mengenakan lencana Sapta Siaga ketika berada di sekolah. Keputusan kedua, kata semboyan atau sandi untuk rapat berikutnya adalah Bonzo Bandel.

Sapta Siaga sudah dikenal di sekolah sebagai kelompok rahasia yang terdiri dari tujuh orang remaja. Mereka seringkali menemukan petualangan-petualangan yang menegangkan dan ujung-ujungnya mereka membantu aparat kepolisian dalam menangkap para penjahat.

Karena sudah dikenal di sekolah, pengenaan lencana sewaktu di sekolah membuat segelintir orang menjadi iri. Salah satunya adalah Susi, adik dari Jack. Karena Susi ditolak bergabung dengan Sapta Siaga, maka dia pun mencoba membuat tandingan dengan Panca Pendekar (dalam edisi lain, digunakan istilah Panca Petualang)

Susi dan teman-temannya ingin menunjukkan bahwa mereka dapat pula menemukan petualangan dan merasakan keseruan dalam berpetualang. Sehingga mereka pun mengadakan suatu rapat, rapat seperti yang biasa dilakukan oleh Sapta Siaga.

Rapat diadakan di rumah Susi dan kebetulan Jack mengetahui bahwa adiknya dan Panca Petualang sedang rapat. Jack menguping pembicaraan rapat mereka.

Rapat pun diadakan, Susi ternyata mengetahui bahwa Jack, kakaknya sedang menguping pembicaraan rapat mereka. Maka dengan kecerdasannya, Susi dengan segera mengarang bahwa rapat diadakan karena ada suatu kasus. Keempat teman-temannya hanya mendengar apa yang dikatakan Susi.

Mereka mengadakan rapat bahwa ada dua penjahat yang akan bertemu di malam hari di Lumbung Tigger. Mereka adalah Bob Buntung dan Tom Timpang. Pertemuan itu akan terjadi beberapa hari ke depan.

Informasi ini langsung disimpan oleh otak Jack. Jack pun segera melaporkan tentang informasi ini ke Peter, pimpinan Sapta Siaga. Namun Peter tidak mempercayai informasi ini. Peter menganggap Susi tidak sedang serius. Susi dianggap omong kosong dan berpura-pura sedang menghadapi petualangan.

Akan tetapi, Jack merasa yakin bahwa peristiwa ini benar adanya. Jack merasa yakin bahwa Susi dan Panca Petualangannya sedang menghadapi petualangan. Oleh karenanya, Jack mengundang George untuk minum teh di sore hari. Sebab dia yakin bahwa pada Selasa malam, Susi dan kelompoknya akan pergi ke Lumbung Tigger.

Susi yang sudah tahu bahwa Jack sudah termakan informasinya, juga mengundang salah satu anggota kelompoknya, Jeff.

Mereka berdua keluar malam-malam menuju Lumbung Tigger. Sementara Jack dan George mengikuti mereka dari belakang.

Tapi tiba-tiba Susi dan Jeff hilang dari pengawasan. Jack dan George tetap terus ke Lumbung Tigger, suatu tempat yang dulunya merupakan bagian dari kompleks perusahaan pertanian dan terbakar pada suatu malam. Sekarang, lumbung ini menjadi bangunan reot yang sudah tidak digunakan lagi.

Ini pula yang semakin meyakinkan Jack, bahwa tempat yang sudah tidak dipakai ini cocok untuk digunakan sebagai tempat pertemuan penjahat.

Sesampai di Lumbung Tigger, ternyata Susi dan Jeff tidak ditemukan. Jack dan George menjadi bingung. Hingga pada suatu ketika mereka mendengar ada langkah-langkah orang yang datang.

Ternyata ada orang-orang dewasa datang. Mereka sedang melakukan sebuah rencana pencurian. Jack dan George mendengarkan pembicaraan mereka.

Jack dan George menjadi yakin apa yang dikatakan Susi bahwa di Lumbung Tigger akan ada pertemuan penjahat.

Seperti biasa selanjutnya Sapta Siaga mengadakan rapat. Membicarakan apa-apa yang dialami dan didengar Jack dan George di Lumbung Tigger.

Seri Sapta Siaga kali ini cukup seru bila dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya. Sebab aksi pencurian nyaris berhasil dilakukan oleh para penjahat.

Saya sempat berpikir, mengapa ketika Sapta Siaga menemukan kasus, mereka harus rapat terlebih dahulu. Tapi itu dapat terjawab sendiri oleh saya, karena mereka bekerja secara kelompok. Mereka juga masih anak-anak. Sehingga ceritanya menjadi amat wajar sekali bagi anak-anak.

Saya juga sempat berpikir, kenapa sering kali Sapta Siaga memecahkan permasalahan secara kebetulan. Seperti dalam kisah ini, mereka baru dapat mengerti kata-kata yang diucapkan para penjahat ketika Sapta Siaga sedang bermain kereta-keretaan. Tapi pertanyaan ini juga terjawab sendiri oleh saya, mereka khan masih anak-anak. Cara berpikir dan analisa mereka belum bisa semaksimal orang dewasa.

Pendek kata, Enid Blyton pandai menyajikan cerita yang memang untuk konsumsi anak-anak.

sumber image: http://www.imagefruity.com

Serial Kung Fu Panda Season 1 Episode 1






Kisah Kung Fu Panda season pertama episode 1, dimulai dengan Po (Ksatria Naga/Panda) sedang berlatih. Dia berlatih dengan Monkey. Tapi latihan mereka berantakan karena teman mereka Tigrees (si macan) terserang demam. Dia terus menerus bersin. Bersin yang luar biasa. Shifu (guru mereka) memeriksa ternyata Tigrees bukan demam biasa, deman yang diawali dengan gigitan nyamuk.

Crane (si bangau) mengatakan bahwa obat untuk penyakit baru hanya teh yang terbuat dari tetesan bunga Anggrek Matahari. Shifu membenarkan keterangan Crane dan mengatakan bahwa bunga itu sekarang hanya ada di pulau tempat Scorpion (kalajengking) tinggal.

Shifu menjelaskan bahwa tempat itu berbahaya, tidak ada yang pernah kembali dengan selamat. Andaikan selamat mereka telah berubah pikirannya, karena terhipnotis akibat sengatan Scorpion.

Po dan Monkey berangkat ke tempat adanya Anggrek Matahari, yaitu tempat Scorpion tinggal.

Seperti waktu latihan, dalam perjalanan Po dan Monkey terus berlatih dan bercanda. Masing-masing ingin memperoleh score. Hingga pada suatu kesempatan, Monkey jatuh dalam lubang jebakan dan di sini Monkey disengat oleh Scorpion. Akibatnya dia terhipnotis dan diperintahkan untuk membunuh Po.

Karena tubuhnya yang berat, Po tertinggal jauh oleh Monkey. Dia pun mencari-cari dimana Monkey. Ketika mereka bertemu Monkey langsung menyerang dengan serangan yang berbahaya, yang mematikan. Sementara Po menganggapnya Monkey mengajaknya berlatih sambil bercanda.

Berulang kali usaha Monkey untuk membunuh Po, selalu gagal. Hingga akhirnya, Po sadar bahwa sahabatnya ini telah terpengaruh sengatan hipnotis. Pada saat Po baru sadar, pertempuran mereka berdua masih terus berlangsung dan Po nyaris jatuh ke jurang.

Tapi pada saat itulah, Po mengingatkan Monkey bahwa mereka adalah bersahabat. Akhirnya Monkey sadar dan pengaruh hipnotis hilang karena ikatan persahabatan antara Po dan Monkey yang teramat kuat.

Barulah mereka berdua menyerang Scorpion. Pertempuran mereka berlangsung sengit. Walau berhasil memperoleh Anggrek Matahari, matahari hampir terbenam. Artinya waktu yang tersisa tinggal sedikit. Bila Po dan Monkey baru datang setelah matahari terbenam, demam Tigrees tidak bisa diatasi lagi dan akibatnya amat fatal. Kemampuan kung fu Tigrees akan hilang. Bagaimana akhirnya, apakah Po dan Monkey dapat sampai di tempat sebelum matahari terbenam? Apakah Tigrees masih bisa diselamatkan?

Dalam episode ini, Scorpion dapat dikalahkan, tapi masih dalam keadaan hidup. Apakah Scorpion akan balas dendam nantinya? Atau Scorpion menjadi sadar?

Sumber image:http://www.photofurl.com