Judul Buku : Feel
Penulis
: Yusuf Mansur
Jumlah Hal.
: 176 halaman
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Mei 2013
Harga
: Rp 59.000
Buku Feel karya ustadz
Yusuf Mansur merupakan buku Tauhid. Dalam muqaddimahnya, ustadz YM bertanya,
“Siapa Tuhan kita? Jawabannya mesti Allah, pasti Allah. Ga ada yang lain.
Tapi benarkah Allah?
Benarkah hanya Allah? Benarkah ga ada yang lain? (halaman viii)
Ustadz YM mencoba memberi
gambaran. Seseorang yang mengetahui Allah Maha Melihat, Insya Allah bisa
mengantarkan orang ini maunya berbuat baik saja. Mempersembahkan yang terbaik
kepada Allah. (halaman ix dan x)
Seseorang yang tidak
mengetahui Allah Maha Mendengar, maka ia akan terus nyaman bicara yang
buruk-buruk. (halaman x)
“Berani ga? Atau bisa ga?
Ke pasar, bawa semua daftar belanjaan yang sudah ditulis, tapi tidak usah bawa
duit. Tidak usah bawa uang. Gimana?”
Kalau emang percaya, Allah
Maha Kaya, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Punya, Maha Memiliki, mengapa harus
terhadang sama yang namanya duit? (halaman xii dan xiii)
Begitulah ustadz YM
membuka Feel dengan Muqaddimahnya yang cukup panjang. Yang intinya, ustadz
ingin menggugah benarkah Tuhan kita Allah? Kalau benar Tuhan kita Allah,
berbagai contoh kasus yang ada di muqaddimah coba diterapkan atas diri kita.
Bisnis, ekonomi,
perdagangan, dunia usaha semuanya memiliki hubungan yang amat erat dengan
akidah.
Saat ini, pelan-pelan umat
Islam dipisahkan dari kekuasaan, politik dan juga ekonomi. Sehingga umat Islam
lebih merasa jadi pesuruh, nyaman sekali menjadi orang undercontrolled.
Padahal ada resikonya menjadi orang undercontrolled. Terlebih bila
atasan kita seorang non muslim, “Kamu ini saya bayar bukan untuk shalat Dhuha,
ini adalah waktunya kerja, cepat kerja sana!”
Banyak perusahaan yang
melarang pekerjanya mengenakan jilbab. Jangan salahkah bosnya, tapi salahkan
kita. “Kenapa gak kita yang bikin perusahaannya?”
Kenapa RS melarang para
perawatnya mengenakan jilbab? Apakah itu salah pihak RS? Coba kesalahan itu
diarahkan ke kita. Mereka yang bekerja itu urusannya perut. Jika urusannya
perut, jangankan melepaskan jilbab, lebih dari itu juga tidak menjadi masalah. (hal.
4-8)
Dalam bab Membangun
ekonomi, menyelamatkan Aqidah ini, ustadz YM ingin menjelaskan bahwa umat Islam
perlu memiliki kendali ekonomi. Jika tidak, aqidah mereka akan terancam.
Sebaliknya dengan memiliki kendali ekonomi, aqidah umat Islam dapat
terselematkan.
Jika umat Islam harus
memiliki kendali ekonomi, apakah memiliki usaha, berbisnis itu tidak sulit?
Inilah pertanyaan yang akan muncul selanjutnya. Pertanyaan yang muncul, jika
kita sudah sepakat bahwa umat Islam perlu memiliki kendali ekonomi.
Pertanyaan ini dijawab
oleh ustadz YM pada bab selanjutnya yang berjudul Business? It is Easy.
Ustadz YM memulai
pembahasan bab ini dengan memaparkan berbagai dalil. Nabi Zakaria dengan
istrinya yang sudah berumur 90-an tahun punya anak. Dalam firman-Nya, Allah
berfirman, “Huwa ‘alaiya hayyin. Buat-Ku adalah mudah.”
Maryam dikatakan akan
hamil. Maryam pun bertanya, “Darimana saya bisa hamil? Aku ini belum pernah
disentuh dan aku ini bukan pezina.” Allah pun menjawab, “Hal itu adalah
mudah bagi-Ku.” (QS Maryam: 9)
Selanjutnya ustadz juga
memaparkan sebuah kisah nyata tentang pak Syafi’i dan istrinya diusir dari
kontrakan, karena gak bisa bayar. Pak Syafi’i harus membayar kontrakan senilai
Rp 1,4 juta. Sedangkan dia hanya memiliki uang Rp 1 juta.
Pemilik kontrakan tidak
ingin menerima uang kontrakan sebelum lengkap berjumlah Rp 1,4 juta. Sementara
pak Syafi’i ingin menyerahkan terlebih dahulu yang ada padanya, sedangkan
sisanya yang berjumlah Rp 400.000, menyusul nanti.
Pak Syafi’i dan istri
menyaksikan ceramah ustadz YM tentang keutamaan bersedekah dan balasan yang
akan diterima juga berlipat ganda. Suami istri itu tergugah untuk bersedekah
dan pak Syafi’i mensedekahkan semua uang yang ada padanya, yakni sebesar Rp 1
juta. Dengan harapan, mereka akan memperoleh balasan dalam bentuk uang
berlipat-lipat. Sehingga dengan demikian, mereka dapat membayar kontrakannya,
bahkan memperoleh kelebihan yang cukup banyak.
Penantian itu terus
berlangsung, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu hingga batas waktu yang
telah ditentukan oleh pemilik kontrak. Sempat terpikir, sewaktu sebelum
bersedekah, sisa pembayaran yang harus disiapkan tinggal Rp 400.000. Sedangkan
setelah bersedekah, uang yang harus disiapkan menjadi Rp 1.400.000. Bagaimana
pak Syafi’i dan istrinya mengatasi masalah ini?
Temukan jawabannya sendiri
(hal. 24-25)
Buku Feel berbeda dengan
buku tauhid karya Yusuf Al-Qaradhawi, juga berbeda dengan buku Abdurrazaq
Naufal dan buku Samih Athif Zain yang
membahas pengenalan Allah lewat pemaparan yang ada di alam semesta di sekitar
kita.
Buku Feel berbeda juga
dengan pembahasan Tauhid karya Abdul Wahab. Syaikh Abdul Wahab membahas tauhid
dengan memaparkan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits tentang bahayanya tidak
bertauhid alias syirik atau menyekutukan Allah.
Buku Feel membahas tentang
Tauhid dengan memaparkan kondisi-kondisi yang ada di sekitar kita. Kondisi
sehari-hari kita.
Karena buku ini membahas
tentang tauhid, buku penting dan perlu untuk seluruh kaum muslimin. Tauhid
merupakan dasar dari segalanya. Dasar dari ibadah, muamalah. Apapun kebaikan
seseorang, jika tauhidnya salah, maka amal kebaikannya akan sia-sia. Sekali
lagi buku tauhid ini penting dan perlu dimiliki umat Islam.
Feel merupakan buku
pertama dari trilogi. Yang masing kelanjutannya berjudul RICH dan BELIEVE.
Buku ini terkadang
disajikan dengan ungkapan ustadz yang kental dengan bahasa betawinya.
Buku ini juga dilengkapi
dengan foto-foto. Namun sayang foto-foto itu tidak berwarna. Kalo selera saya,
alangkah bagusnya jika foto-foto yang menjadi sisipan itu berwarna, terutama
foto-foto yang bisa memakan satu halaman penuh.
Teman-teman ingin pesan
Telp: 0816-14011-66 BB: 2B18062C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar