Sabtu, 05 April 2014

TERCABUTNYA ILMU DARI UMMAT




Judul resensi : TERCABUTNYA ILMU DARI UMMAT
Judul buku : SELAMAT JALAN PEJUANG
Penulis : Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Penerbit : GIP (Gema Insani Press)
Ketebalan : 269 Halaman

Para ulama adalah pewaris para nabi. Keikhlasan, keteguhan, kesabaran, akhlak, amanah yang ada pada di diri nabi tertularkan. Tertularkan kepada para ulama.

Jika para sahabat ra meneladani Rasulullah saw, tidaklah aneh. Kesabaran Bilal ra, keluarga Yasir ra ketika disiksa. Kepiawaian Mushab bin Umair ra dalam berdakwah. Keberanian Hamzah ra ketika berperang. Semuanya akibat ‘tertular’ dari Rasulullah saw. Sekali lagi wajar. Pasalnya mereka dekat dan berada di sisi beliau saw.

Lalu bagaimana orang-orang yang hidup di abad 20? Terlebih khusus para ulamanya. Keikhlasan dan semangatnya dalam berdakwah, benar-benar mencerminkan dan meneladani Rasulullah saw.

Almarhum Ustadz Anwar Al-Jundi contohnya. Keikhlasannya sulit mendapat tandingannya. Kesungguhannya berdakwah lewat pena, perlu diacungkan jempol.

Menurut catatan Dr Yusuf Al-Qaradhawi, ustadz Anwar Al-Jundi menggeluti dakwah lewat pena sudah sedemikian lamanya. Coba perhatikan kesaksian Dr Yusuf Al-Qaradhawi, “Dia (Anwar Al-Jundi) terkenal dengan produktivitas tulisannya, konsentrasi yang total untuk menulis dan ilmu pengetahuan, yang menggunakan penanya untuk kepentingan Islam, kebudayaannya, peradabannya, dakwahnya dan umatnya selama lebih dari setengah abad.” (halaman 21)

Anwar Al-Jundi juga sering menulis artikel di majalah Manar Islam di Abu Dhabi. Suatu hari para pembaca dikejutkan oleh pengumuman majalah itu yang meminta Ustadz Anwar Al-Jundi agar dia mengirimkan alamatnya ke redaksi majalah, sehingga redaksi dapat mengirimkan honornya yang terlambat mereka berikan. Ini artinya dia tak meminta apa yang seharusnya menjadi haknya, apalagi dia sampai memaksa seperti yang lain (hal. 27)

Pada suatu ketika, Almarhum Asy-Syekh Ali Thanthawi pernah me-muhasabah dirinya (introspeksi dirinya), “Saya telah menulis selama enam puluh tahun penuh, dan selama itu saya menerima bayaran atas tulisan saya. Karena saya adalah penulis professional. Saya telah menulis ribuan artikel. Di sini saya ingin memuhasabah diri saya.” 

Pertama saya ingin bertanya kepada diri saya sendiri, “Hai diriku, apakah engkau mau menulis sesuatu yang bertentangan dengan agama. Jika engkau diberikan ratusan juta atas tulisanmu itu?” Saya menjawab dengan yaki dan jujur, “Tidak.”

Saya bertanya lagi, “Jika tidak ada orang yang melakukan nahi mungkar, selain dirimu, hai jiwaku, dan nahi mungkar itu adalah kewajiban syariat, apakah engkau akan menolak untuk melakukan nahi mungkar itu, karena engkau tidak diberikan bayaran atas tulisanmu itu?” Dan saya mendapat jawaban yang yakin dan jujur dengan mengatakan, “Tidak.” (hal. 51)

Mungkin banyak orang yang sudah kenal dengan ustadz Sayyid Sabiq, dialah penulis buku Fiqih Sunnah. Tapi tahukah para pembaca, ternyata ustadz Sayyid Sabiq pernah di penjara dan beliau mengadakan pengajian fiqih di sana. (hal. 147-148)

Kisah-kisah para ulama yang semuanya telah tiada ini, dapat ditemukan dalam buku Selamat Jalan Pejuang, karya Dr Yusuf Al-Qaradhawi. Selain mereka bertiga juga dapat ditemukan kisah Asy-Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Asy-Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Adil Husein, Dr. Muhammad Quthbah, Abdul Halim Abu Syuqqah, Umar Baha’uddin Al-Amiri dan sebagainya.

Membaca kisah para ulama ini kita akan menemukan berbagai ‘kejutan’. Diantara mereka ada yang piawai dalam membuat syair. Syairnya begitu menyentuh dan religious. Halaman demi halaman, penulis membahas kepiawaian ulama ini dalam bersyair. Sehingga saya sebagai pembaca bertanya-tanya, “Kok ulama ini hanya tahu syair saja? Bagaimana dengan ilmu agamanya?”  

Selain itu, saya menilai ulama ini lebih cocok diberi predikat sebagai penyair. Tapi ternyata, dia memang seorang ulama dan ada lagi predikat/profesi lainnya yang mengejutkan saya.

Ada lagi ulama yang ternyata bukan saja menguasai ilmu fiqih, tapi dia juga menguasai hukum-hukum positive, karena dia memang lulusan Fakultas Hukum.

Buku sejarah tentang para sahabat Rasulullah, para tabi’in sudah banyak ditemukan. Tapi, buku tentang para ulama abad 20, mungkin masih bisa dihitung dengan jari.

Nama penulisnya sudah merupakan jaminan. Kelebihan lainnya, Dr Yusuf Al-Qaradhawi bertemu langsung dengan para ulama yang ditulisnya. Sehingga dia dapat melihat mereka langsung. Bagaimana sikap, kerendahan hati, ketulusan mereka dan sebagainya.

Kekurangannya, riwayat hidup para ulama abad 20 ini, tidak dibahas sejak mereka kecil. Bagaimana mereka dapat mencapai pencapaian seperti ini.

Menurut saya buku ini bukan hanya cocok untuk para da’i. Buku ini juga cocok untuk umum. Karena di dalamnya mengajarkan ketulusan, keikhlasan, kesungguhan, semangat berbagi dan sebagainya.

PERHATIKAN KESUDAHAN ORANG-ORANG ZALIM

Judul resensi : PERHATIKAN KESUDAHAN ORANG-ORANG ZALIM
Judul buku : ULAMA VERSUS TIRAN
Penulis : Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Penerbit : GIP (Gema Insani Press)
Ketebalan : 71 Halaman
 
Ulama Versus Tiran, begitu judul terjemahan dari buku karya Dr Yusuf Al-Qaradhawi. Dalam pendahuluannya, ustadz Yusuf Qardhawi menuliskan latar belakang penulisan buku ini. Beliau menjelaskan bahwa di tahun 1949 di saat masih menjadi “mahasiswa buronan”, beliau dan teman-temannya dikejar-kejar oleh “anjing pemburu”. Beliau dan rekan-rekannya itu dijebloskan ke dalam penjara yang letaknya antara Haxteeb dan Jabal el Thur di Mesir. (hal. 7)

Di dalam penjara Haxteeb inilah, beliau banyak membaca buku-buku tarikh dan adab. Diantara peristiwa sejarah yang sangat mengesankan beliau dan membuatnya tenang adalah kisah Sa’id bin Jubair, seorang alim, ahli fiqih yang pemberani. Sa’id dengan gagah dan teguh berhadapan dengan seorang tiran yang sangat zalim, Hajjaj bin Yusuf. (hal 8).

Dari sinilah ustadz Yusuf Qardhawi menuliskan kisah ulama yang diwakilkan oleh Sa’id bin Jubair versus Tiran yang diwakilkan oleh Hajjaj bin Yusuf.

Peristiwa ini terjadi di masa pemerintahan Bani Umaiyah yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Sedangkan Hajjaj bin Yusuf sebagai gubernur di Irak.

Hajjaj dikenal amat sombong dan melakukan penganiayaan serta penghinaan terhadap kaum muslimin. Ia amat kejam dalam membantai darah kaum muslimin sehingga kaum muslimin tidak diberi hak kemerdekaan secuilpun.

Karena kezaliman Hajjaj inilah, Abdurrahman bin Al-Asy’ats Al-Qaisi seorang panglima yang gagah berani, memaklumkan perang terhadap Hajjaj. Diantara pendukung Ibn Al-Asy’ats terdapat pemuka Irak, seperti Sa’id bin Jubair, Amir Asy Sya’bi dan Mutharrif bin Abdullah bin Syikhir.

Dari sinilah muncul perang yang dinamakan Dairul Jamajim. Pada awalnya pasukan Ibn Al-Asy’ats berhasil mengalahkan Hajjaj. Namun berikutnya Hajjaj yang mengalahkan Ibn Al-Asy’ats. Ada yang tertawan dan ada pula yang melarikan diri. Ibnul Al-Asy’ats melarikan diri, demikian pula dengan Sa’id bin Jubair.

Sa’id bin Jubair adalah seorang imam dari kalangan Tabi’in. Ibnu Abbas ra –sahabat Rasulullah- ketika ditanya oleh penduduk Kufah tentang suatu masalah, beliau menjawab, “Adakah patut kalian bertanya kepadaku padahal di sisi kalian ada Sa’id bin Jubair?”

Bab pertama diisi dengan ilustrasi kondisi di istana Hajjaj dan bagaimana angkuhnya Hajjaj serta betapa penjilatnya para pengawal Hajjaj. Semua puja puji pengawal ini disambut Hajjaj dengan kesombongan dan keangkuhan.

Bab Kedua menggambarkan Sa’id bin Jubair bersama murid-muridnya. Di antara dialog beliau dengan murid-muridnya sebagai berikut;

Murid 1 berkata, “Munafik yang alim? Bagaimana bisa terjadi seorang yang berilmu tapi munafik?”

Sa’id menjawab, “Bisa saja. Yang dimaksud munafik yang alim adalah orang yang pandai bicara tapi hatinya kosong dari rasa takut kepada Allah. Kepalanya dipenuhi ilmu, tapi hatinya kosong dari perasaan takut kepada Allah.”

Beliau menyitir sebuah hadits, “Dari Ali bin Abu Thalib ra, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, ‘Ketahuilah, bahwasanya aku tidak mengkhawatirkan atas kamu orang mukmin dari orang musyrik. Karena orang mukmin akan dikendalikan oleh imannya. Orang musyrik dikendalikan oleh kekufurannya. Yang aku khawatirkan atas kamu ialah orang munafik yang alim lidahnya. Ia pandai berbicara dan suka mengatakan apa-apa yang kamu ketahui sebagai kebaikan tetapi ia suka.melakukan perbuatan-perbuatan yang kamu ingkari.”

Di bagian lainnya yaitu di bagian puncaknya, terjadi debat mendebat, sanggah menyanggah antara Sa’id bin Jubair dengan Hajjaj. Berbagai macam dalil keluar dari mulut Sa’id. Semua tuduhan Hajjaj dibantah oleh Sa’id.

Perdebatan mereka berdua ini berujung pada keputusan Hajjaj bahwa Sa’id bin Jubair dihukum mati.

Di dalam buku ini, kita akan menemukan seseorang yang teguh memegang dan menyerukan kebenaran. Juga terdapat keterangan bahwa tidak semua para algojo dan pengawal Hajjaj benar-benar melakukan perintah tuannya dengan suka rela. Ada banyak pengawal Hajjaj terpaksa melakukan perintah Hajjaj. 

Dengan alasan demi nafkah anak dan isteri. Bukan itu saja, ada sebagian prajurit Hajjaj yang terang-terangan membela Sa’id bin Jubair dan bahkan menyuruh Sa’id untuk melarikan diri.

Temukan kesengitan perdebatan mereka berdua. Para pembaca dapat melihat betapa tragisnya kematian Hajjaj –si zalim-.

Buku ini merupakan buku sejarah yang sama dengan buku-buku sejarah lainnya. Hanya saja ditampilkan dalam bentuk sandiwara. Jadi semua isinya berisikan dialog dan percakapan secara langsung.

Walau tipis, buku ini cocok untuk para remaja, anak-anak, orang tua, guru dan para ulama. Para pemegang kekuasan pun sepertinya layak untuk membacanya.

Sayang setahu saya, buku ini belum diterbitkan lagi oleh penerbitnya.

Jangan Sampai Melupakan Sejarah

Judul Karya Resensi: Jangan Sampai Melupakan Sejarah
Judul Buku: Belajar dari Dua Umar
Penulis: Hepi Andi Bastoni
Penerbit: Qalamas
Harga: -
Tebal :161

Keberhasilan Rasulullah menyelamatkan diri dari kepungan dan kejaran orang-orang yang ingin membunuhnya itu, tak cukup dijelaskan semata karena pertolongan Allah. Meski itu yang paling utama, tapa sisi usaha Rasulullah Saw sebagai seorang manusia pun sangat nyata.
 

Rasulullah terlebih dahulu melakukan berbagai usaha. Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib ra. untuk tidur di peraduan beliau saw dan menggunakan selimut beliau.
 

Beliau saw juga sudah memperhitungkan bahwa musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia dan sahabatnya Abu Bakar besembunyi di Gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di gua ini selama tiga hari.
 

Untuk menghilangkan jejak perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar ra. ke Gua Tsur, mereka meminta Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain itu susu kambingnya dapat mereka ambil pula.
 

Selama tiga hari bersembunyi di gua, Rasulullah dan Abu Bakar tidak kekurangan makanan. Karena Asma, putri Abu Bakar senantiasa menyuplai makanan buat mereka.
 

Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua. Sebelum matahari terbit, Abdullah sudah berada lagi di Mekkah. Sehingga Rasulullah dapat mengetahui rencana para kafir Quraisy yang terus mengejar dan ingin membunuhnya.
 

Setelah dirasa keadaan cukup aman, Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan gua Tsur dan meneruskan perjalanan ke arah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik ke arah utara menuju Madinah.
 

Memang benar, pembahasan seperti ini sudah sering kita temukan. Jika para pembaca pernah membaca buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, karya Moenawar Khalil, para pembaca akan menemukan sesuatu yang mirip dengan pembahasan di dalam buku ini.
 

Di dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw dipaparkan sisi sejarah Islam, kemudian dibahas dari sisi hikmah yang terkandung dalam peristiwa sejarah itu. Demikian pula dengan buku yang sedang diresensi ini.
 

Atau mungkin para pembaca pernah membaca Romantika Yusuf, karya Amru Khalid. Di dalam buku ini, Amru Khalid membahas sejarah nabi Yusuf berangkat dari surat Yusuf yang terdapat di dalam Al-Qur’an Al-Karim. Amru Khalid membahas berbagai hikmah yang terkandung dari berbagai cobaan yang dialami nabi Yusuf.
 

Jadi, secara esensial buku Belajar dari Dua Umar tidak ada bedanya dengan buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw dan buku Romantika Yusuf. Sama-sama membahas sejarah dan hikmah dibaliknya.
 

Hanya saja, buku Belajar dari Dua Umar tidak hanya membahas satu tokoh saja. Di dalam buku ini juga dibahas mengenai khalifah Umar yang mengirimkan surat kepada gubernurnya Azerbaijan yang bernama Utbah bin Farqad. Di dalam suratnya ini Umar menuliskan, kata-kata sebagai berikut, “Makanan semanis dan selezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu.”
 

Umar menulis surat berisikan teguran pedas ini, lantaran beliau mendapat kiriman makanan dari gubernur Azerbaijan. Makanan ini merupakan makanan yang lezat dan hanya untuk orang-orang tertentu. Makanan ini tidak dikonsumsi oleh rakyat biasa.
 

Dalam buku ini juga dibahas mengenai khalifah Ali bin Abu Thalib yang mengklaim bahwa baju besi yang ada pada orang Yahudi adalah miliknya.
 

Sekali lagi buku ini tidak hanya membahas satu orang saja, tidak hanya membahas Rasulullah Saw. Ada 23 kisah lainnya yang menghiasi buku ini. Kisah-kisah yang ada di sini merupakan kisah-kisah pilihan.
 

Penulisannya disajikan secara singkat dan padat. Pembaca dapat beristirahat terlebih dahulu setelah membaca satu kisah, sehingga dengan demikian pembaca diberikan kesempatan untuk menyerap apa saja yang baru saja dibacanya.
 

Hepi Andi Bastoni adalah penulis yang sudah berulang kali menulis mengenai sejarah. Diantara karya-karya lainnya yang bernuansa sejarah antara lain; 101 Sahabat Nabi, Belajar dari Perang Uhud, 101 Wanita Teladan di Masa Rasulullah dan kisah 101 Tabi’in. Jadi, kredibilitasnya dalam menulis sejarah insya Allah dapat dipertanggung jawabkan.
 

Memang buku ini bukan buku baru. Buku ini terbit pada tahun 2006. Tapi bukankah tidak boleh melupakan sejarah, sebagaimana pesan saya dalam judul resensi di atas. Bukankah banyak peristiwa sejarah yang terulang kembali saat ini. Bukankah bila kita tidak mempelajari sejarah, kita tidak dapat mengambil sikap yang benar dalam menghadapi berbagai peristiwa yang terjadi saat ini? Padahal peristiwa yang terjadi saat ini, pernah terjadi pula di masa lalu?
sumber image:http://s718.photobucket.com/albums/ww189/amnihusna/?action=view&current=bljrdr2umar.jpg&newest=1

Cerita Sebelum Tidur

Judul : 40 Kisah Pengantar Anak Tidur
Penulis : Najwa Husein Abdul Azis
Penerbit :GIP
Halaman : 95 halaman
Ukuran buku :21,5cm x 27 cm


Bulan Ramadhan telah tiba. Aktifitas yang paling nyaman di siang hari bulan Ramadhan adalah membaca. Mungkin para pembaca pernah merasakan keasyikan membaca buku cerita, komik di bulan ini.

Anak kecil dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, akan merasakan penasaran dan ingin segera melahap halaman demi halaman buku yang ada di tangannya. Apalagi bila dia pernah merasakan keasyikan membaca, hingga tanpa sadar waktu sudah siang atau sore. Dia akan merasakan manfaat membaca. Ternyata dapat melupakan rasa lapar dan dahaganya.
 

Diantara buku anak-anak yang ‘bergizi’ adalah 40 Kisah Pengantar Anak Tidur. Kenapa dikatakan bergizi? Karena buku ini sarat akan pelajaran.
 

Pada suatu hari, Abdullah bin Umar ra. (sahabat Rasulullah) dan sahabatnya pergi ke pasar untuk membeli barang yang diperlukan. Sesampainya di pasar, mereka mencari tempat untuk makan. Ketika itu lewat di depan mereka seorang anak kecil penggembala kambing. Abdullah memanggil anak gembala itu untuk makan bersama mereka. Anak gembala itu berkata, “Terima kasih, akan tetapi saya sedang berpuasa.”
 

Mendengar itu, Abdullah ra. memandang anak gembala itu dengan kagum dan berkata, “Hai anak gembala, di hari yang panas seperti ini engkau berpuasa sambil menggembala kambing pula?”
 

Anak itu menjawab, “Tuan, api neraka itu lebih panas lagi.” (halaman 13-14)
 

Pada suatu hari, Umar ibnul Khaththab ra melakukan perjalanan ke negeri Syam ditemani seorang budaknya. Karena terlalu tawadhu (rendah hati) dan lembutnya, ia naik unta bergantian dengan budaknya, sedangkan ketika itu ia tengah memegang jabatan Amirul Mu’minin.
 

Jika sampai giliran Umar ra yang menaiki unta, maka budaknya berjalan kaki beberapa waktu sambil memegang tali kendali. Setelah itu, mereka ganti posisi, Umar ra turun dan berjalan kaki beberapa waktu sambil memegang tali kendali, sedangkan budaknya naik ke atas unta. Begitu seterusnya. Hingga ketika menjelang sampai di Syam, yang mendapat giliran untuk menaiki unta adalah si budak. Sehingga si budak naik unta dan Umar berjalan kaki sambil memegang tali kendali.
 

Kedatangan mereka telah diketahui oleh Abu Ubaidah ibnul Jarrah yang pada saat itu menjabat amir/gubernur di Syam. Abu Ubaidah berkata kepada Umar, “Wahai Amirul Mukminin! Para pembesar negeri Syam akan keluar menemuimu. Alangkah tidak layaknya jika mereka menyaksikanmu dalam kondisi seperti ini.
 

Akan tetapi, jawaban yang diberikan oleh Umar ra adalah, “Allah telah memuliakan kita dengan agama Islam . Allah adalah Maha Lembut dan Dia menyukai kelembutan dalam segala sesuatu. Lalu mengapa aku tidak bisa bersikap lembut kepada budakku, dengan merendahkannya dan bersikap takabur kepadanya. (halaman 26-27)
 

Buku ini juga dilengkapi “Hikmah Cerita” di penutup setiap cerita. Sehingga orang tua yang membacakan cerita untuk anak, dapat dituntun dalam mengarahkan anaknya.
 

Di dalam buku sejenis, setiap satu cerita diakhiri dengan berbagai pertanyaan yang terkait dengan cerita. Namun untuk buku ini tidak ditemukan berbagai pertanyaan seperti itu.
 

Buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang membuat anak-anak tertarik untuk membaca. Namun gambar-gambar itu tidak berwarna. Ini kekurangannya bila dibandingkan dengan buku cerita anak-anak lainnya yang dilengkapi dengan gambar2 berwarna.
 

Tapi karena buku ini dilengkapi dengan gambar2 tidak berwarna, harga buku ini menjadi relative lebih murah.
 

Bentuk buku ini agak besar kurang lebih seukuran majalah, sehingga huruf2nya nyaman untuk dibaca.
sumber image:www.tokopedia.com

Jumat, 04 April 2014

BERSIAPLAH KAUM MUSLIMIN

Judul Buku     :Mossad (Behind Every Conspiracy)
Karya               : Herry Nurdi
Tebal               : 243 halaman
Penerbit          : Cakrawala Publishing
 
Ungkapan Sahabat Rasulullah saw, Ali ibn Abu Thalib ra sepertinya perlu menjadi perhatian kaum muslimin. Ucapannya yang dimaksud adalah, “Kebatilan Terorganisir, Kalahkan Kebenaran Tak Terorganisir.”
 
Umat Islam sudah selayaknya terlecut dengan berbagai aktivitas, upaya musuh-musuh Islam yang amat rapi dan terorganisir. Salah satunya adalah apa yang dilakukan oleh Israel, lewat badan intelejennya Mossad.
 
Sepertinya buku yang berjudul Mossad (behind every conspiracy) karya Herry Nurdi perlu untuk dibaca kaum muslimin.  Sehingga diharapkan kaum muslimin dapat terpacu untuk membenahi diri mereka.
 
Badan intelejen Israel, Mossad begitu rapi dalam merancang sesuatu. 
 
Eli Cohen adalah orang Yahudi kelahiran Mesir. Dia dirancang oleh Mossad untuk masuk ke pemerintah Syria. Ia dilatih dengan sangat serius di Israel. Terutama kemampuan berbahasa, hingga ia menguasai bahasa tingkat slank, bahasa pergaulan sehari-hari warga Arab Syria. 
 
Setelah menyelesaikan latihannya di Israel, Mossad mengirimnya ke Argentina dengan identitas palsu sebagai seseorang pengusaha sukses berkebangsaan Syiria dan bernama Kamel Amin Tsa’bet.  Di Argentina, dia bergaul dan akrab dengan komunitas Syiria yang ada di sana. Bahkan bukan itu saja, Eli Cohen sudah mulai berpengaruh dalam komunitas itu.
 
Di Argentina, dia berteman dekat dengan Jenderal Amin Al-Hafez yang kelak menjadi presiden Syria. Pada tahun 1961, Syria mengalami kemelut politik dan melahirkan kudeta militer. Cohen pergi dari Argentina dan kembali ke Israel dan masuk ke Damaskus dan menjadi anggota partai Baath. Dia menjadi pejuang Arab militan, tanpa seorang pun yang mengetahui bahwa dia sebenarnya seorang Yahudi agen Mossad. Dia mendapat rekomendasi dari pejabat di kedutaan Syria di Argentina untuk pulang dan memberi manfaat untuk Syria.
 
Eli Cohen bukan menjadi sembarang anggota partai Baath. Ia bahkan menjadi orang yang sangat berpengaruh. Ia bahkan terlibat dalam Muktamar Nasional Keenam yang diadakan pada 5 Oktober 1963. Bahkan pendiri partai Baath, Michael Afflaq, pada saat itu berjanji akan menemui Eli Cohen. 
 
Keterlibatan Cohen dalam politik, membuatnya dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyak. Sepanjang tahun 1962-1965, dia menyuplai berbagai informasi ke Israel, mulai dari foto, sketsa pertahanan, nama-nama dan strategi militer Syria. Data-data ini amat berguna bagi Israel, terutama ketika terjadi perang Enam Hari antara negara-negara Arab melawan Israel. 
 
Andai saja kedok Cohen tidak terbongkar, hampir bisa dipastikan, Cohen dapat menjadi Presiden Syria. Bagaimana akibatnya, jika Cohen benar-benar menjadi presiden Syria? Bagaimana jadinya bila pemimpin-pemimpin negeri Arab merupakan agen Mossad? 
 
Bagaimana caranya Cohen menyuplai informasi ke Israel dan bagaimana kedok Cohen terbongkar? Temukan dalam buku ini
 
Temukan juga operasi khusus Sayaret Metkal di Libanon yang bertugas meledakkan pesawat-pesawat di bandara international Libanon. 

Dengan rencana yang matang dan berbagai antisipasi yang dilakukan.
 
Temukan pula kisah Cinta Rahasia antara Israel dan Singapura, Misteri Van Putih dalam peristiwa 11 September, Konspirasi di balik Bom Bali dan lain sebagainya.

sumber image:www.jogglo.com