Judul Karya Resensi: Jangan Sampai Melupakan Sejarah
Judul Buku: Belajar dari Dua Umar
Penulis: Hepi Andi Bastoni
Penerbit: Qalamas
Harga: -
Tebal :161
Judul Buku: Belajar dari Dua Umar
Penulis: Hepi Andi Bastoni
Penerbit: Qalamas
Harga: -
Tebal :161
Keberhasilan Rasulullah menyelamatkan
diri dari kepungan dan kejaran orang-orang yang ingin membunuhnya itu,
tak cukup dijelaskan semata karena pertolongan Allah. Meski itu yang
paling utama, tapa sisi usaha Rasulullah Saw sebagai seorang manusia
pun sangat nyata.
Rasulullah terlebih dahulu melakukan berbagai usaha. Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib ra. untuk tidur di peraduan beliau saw dan menggunakan selimut beliau.
Beliau saw juga sudah memperhitungkan bahwa musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia dan sahabatnya Abu Bakar besembunyi di Gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di gua ini selama tiga hari.
Untuk menghilangkan jejak perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar ra. ke Gua Tsur, mereka meminta Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain itu susu kambingnya dapat mereka ambil pula.
Selama tiga hari bersembunyi di gua, Rasulullah dan Abu Bakar tidak kekurangan makanan. Karena Asma, putri Abu Bakar senantiasa menyuplai makanan buat mereka.
Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua. Sebelum matahari terbit, Abdullah sudah berada lagi di Mekkah. Sehingga Rasulullah dapat mengetahui rencana para kafir Quraisy yang terus mengejar dan ingin membunuhnya.
Setelah dirasa keadaan cukup aman, Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan gua Tsur dan meneruskan perjalanan ke arah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik ke arah utara menuju Madinah.
Memang benar, pembahasan seperti ini sudah sering kita temukan. Jika para pembaca pernah membaca buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, karya Moenawar Khalil, para pembaca akan menemukan sesuatu yang mirip dengan pembahasan di dalam buku ini.
Di dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw dipaparkan sisi sejarah Islam, kemudian dibahas dari sisi hikmah yang terkandung dalam peristiwa sejarah itu. Demikian pula dengan buku yang sedang diresensi ini.
Atau mungkin para pembaca pernah membaca Romantika Yusuf, karya Amru Khalid. Di dalam buku ini, Amru Khalid membahas sejarah nabi Yusuf berangkat dari surat Yusuf yang terdapat di dalam Al-Qur’an Al-Karim. Amru Khalid membahas berbagai hikmah yang terkandung dari berbagai cobaan yang dialami nabi Yusuf.
Jadi, secara esensial buku Belajar dari Dua Umar tidak ada bedanya dengan buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw dan buku Romantika Yusuf. Sama-sama membahas sejarah dan hikmah dibaliknya.
Hanya saja, buku Belajar dari Dua Umar tidak hanya membahas satu tokoh saja. Di dalam buku ini juga dibahas mengenai khalifah Umar yang mengirimkan surat kepada gubernurnya Azerbaijan yang bernama Utbah bin Farqad. Di dalam suratnya ini Umar menuliskan, kata-kata sebagai berikut, “Makanan semanis dan selezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu.”
Umar menulis surat berisikan teguran pedas ini, lantaran beliau mendapat kiriman makanan dari gubernur Azerbaijan. Makanan ini merupakan makanan yang lezat dan hanya untuk orang-orang tertentu. Makanan ini tidak dikonsumsi oleh rakyat biasa.
Dalam buku ini juga dibahas mengenai khalifah Ali bin Abu Thalib yang mengklaim bahwa baju besi yang ada pada orang Yahudi adalah miliknya.
Sekali lagi buku ini tidak hanya membahas satu orang saja, tidak hanya membahas Rasulullah Saw. Ada 23 kisah lainnya yang menghiasi buku ini. Kisah-kisah yang ada di sini merupakan kisah-kisah pilihan.
Penulisannya disajikan secara singkat dan padat. Pembaca dapat beristirahat terlebih dahulu setelah membaca satu kisah, sehingga dengan demikian pembaca diberikan kesempatan untuk menyerap apa saja yang baru saja dibacanya.
Hepi Andi Bastoni adalah penulis yang sudah berulang kali menulis mengenai sejarah. Diantara karya-karya lainnya yang bernuansa sejarah antara lain; 101 Sahabat Nabi, Belajar dari Perang Uhud, 101 Wanita Teladan di Masa Rasulullah dan kisah 101 Tabi’in. Jadi, kredibilitasnya dalam menulis sejarah insya Allah dapat dipertanggung jawabkan.
Memang buku ini bukan buku baru. Buku ini terbit pada tahun 2006. Tapi bukankah tidak boleh melupakan sejarah, sebagaimana pesan saya dalam judul resensi di atas. Bukankah banyak peristiwa sejarah yang terulang kembali saat ini. Bukankah bila kita tidak mempelajari sejarah, kita tidak dapat mengambil sikap yang benar dalam menghadapi berbagai peristiwa yang terjadi saat ini? Padahal peristiwa yang terjadi saat ini, pernah terjadi pula di masa lalu?
Rasulullah terlebih dahulu melakukan berbagai usaha. Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib ra. untuk tidur di peraduan beliau saw dan menggunakan selimut beliau.
Beliau saw juga sudah memperhitungkan bahwa musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia dan sahabatnya Abu Bakar besembunyi di Gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di gua ini selama tiga hari.
Untuk menghilangkan jejak perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar ra. ke Gua Tsur, mereka meminta Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain itu susu kambingnya dapat mereka ambil pula.
Selama tiga hari bersembunyi di gua, Rasulullah dan Abu Bakar tidak kekurangan makanan. Karena Asma, putri Abu Bakar senantiasa menyuplai makanan buat mereka.
Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua. Sebelum matahari terbit, Abdullah sudah berada lagi di Mekkah. Sehingga Rasulullah dapat mengetahui rencana para kafir Quraisy yang terus mengejar dan ingin membunuhnya.
Setelah dirasa keadaan cukup aman, Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan gua Tsur dan meneruskan perjalanan ke arah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik ke arah utara menuju Madinah.
Memang benar, pembahasan seperti ini sudah sering kita temukan. Jika para pembaca pernah membaca buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, karya Moenawar Khalil, para pembaca akan menemukan sesuatu yang mirip dengan pembahasan di dalam buku ini.
Di dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw dipaparkan sisi sejarah Islam, kemudian dibahas dari sisi hikmah yang terkandung dalam peristiwa sejarah itu. Demikian pula dengan buku yang sedang diresensi ini.
Atau mungkin para pembaca pernah membaca Romantika Yusuf, karya Amru Khalid. Di dalam buku ini, Amru Khalid membahas sejarah nabi Yusuf berangkat dari surat Yusuf yang terdapat di dalam Al-Qur’an Al-Karim. Amru Khalid membahas berbagai hikmah yang terkandung dari berbagai cobaan yang dialami nabi Yusuf.
Jadi, secara esensial buku Belajar dari Dua Umar tidak ada bedanya dengan buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw dan buku Romantika Yusuf. Sama-sama membahas sejarah dan hikmah dibaliknya.
Hanya saja, buku Belajar dari Dua Umar tidak hanya membahas satu tokoh saja. Di dalam buku ini juga dibahas mengenai khalifah Umar yang mengirimkan surat kepada gubernurnya Azerbaijan yang bernama Utbah bin Farqad. Di dalam suratnya ini Umar menuliskan, kata-kata sebagai berikut, “Makanan semanis dan selezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu.”
Umar menulis surat berisikan teguran pedas ini, lantaran beliau mendapat kiriman makanan dari gubernur Azerbaijan. Makanan ini merupakan makanan yang lezat dan hanya untuk orang-orang tertentu. Makanan ini tidak dikonsumsi oleh rakyat biasa.
Dalam buku ini juga dibahas mengenai khalifah Ali bin Abu Thalib yang mengklaim bahwa baju besi yang ada pada orang Yahudi adalah miliknya.
Sekali lagi buku ini tidak hanya membahas satu orang saja, tidak hanya membahas Rasulullah Saw. Ada 23 kisah lainnya yang menghiasi buku ini. Kisah-kisah yang ada di sini merupakan kisah-kisah pilihan.
Penulisannya disajikan secara singkat dan padat. Pembaca dapat beristirahat terlebih dahulu setelah membaca satu kisah, sehingga dengan demikian pembaca diberikan kesempatan untuk menyerap apa saja yang baru saja dibacanya.
Hepi Andi Bastoni adalah penulis yang sudah berulang kali menulis mengenai sejarah. Diantara karya-karya lainnya yang bernuansa sejarah antara lain; 101 Sahabat Nabi, Belajar dari Perang Uhud, 101 Wanita Teladan di Masa Rasulullah dan kisah 101 Tabi’in. Jadi, kredibilitasnya dalam menulis sejarah insya Allah dapat dipertanggung jawabkan.
Memang buku ini bukan buku baru. Buku ini terbit pada tahun 2006. Tapi bukankah tidak boleh melupakan sejarah, sebagaimana pesan saya dalam judul resensi di atas. Bukankah banyak peristiwa sejarah yang terulang kembali saat ini. Bukankah bila kita tidak mempelajari sejarah, kita tidak dapat mengambil sikap yang benar dalam menghadapi berbagai peristiwa yang terjadi saat ini? Padahal peristiwa yang terjadi saat ini, pernah terjadi pula di masa lalu?
sumber image:http://s718.photobucket.com/albums/ww189/amnihusna/?action=view¤t=bljrdr2umar.jpg&newest=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar