Sabtu, 05 April 2014

PERHATIKAN KESUDAHAN ORANG-ORANG ZALIM

Judul resensi : PERHATIKAN KESUDAHAN ORANG-ORANG ZALIM
Judul buku : ULAMA VERSUS TIRAN
Penulis : Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Penerbit : GIP (Gema Insani Press)
Ketebalan : 71 Halaman
 
Ulama Versus Tiran, begitu judul terjemahan dari buku karya Dr Yusuf Al-Qaradhawi. Dalam pendahuluannya, ustadz Yusuf Qardhawi menuliskan latar belakang penulisan buku ini. Beliau menjelaskan bahwa di tahun 1949 di saat masih menjadi “mahasiswa buronan”, beliau dan teman-temannya dikejar-kejar oleh “anjing pemburu”. Beliau dan rekan-rekannya itu dijebloskan ke dalam penjara yang letaknya antara Haxteeb dan Jabal el Thur di Mesir. (hal. 7)

Di dalam penjara Haxteeb inilah, beliau banyak membaca buku-buku tarikh dan adab. Diantara peristiwa sejarah yang sangat mengesankan beliau dan membuatnya tenang adalah kisah Sa’id bin Jubair, seorang alim, ahli fiqih yang pemberani. Sa’id dengan gagah dan teguh berhadapan dengan seorang tiran yang sangat zalim, Hajjaj bin Yusuf. (hal 8).

Dari sinilah ustadz Yusuf Qardhawi menuliskan kisah ulama yang diwakilkan oleh Sa’id bin Jubair versus Tiran yang diwakilkan oleh Hajjaj bin Yusuf.

Peristiwa ini terjadi di masa pemerintahan Bani Umaiyah yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Sedangkan Hajjaj bin Yusuf sebagai gubernur di Irak.

Hajjaj dikenal amat sombong dan melakukan penganiayaan serta penghinaan terhadap kaum muslimin. Ia amat kejam dalam membantai darah kaum muslimin sehingga kaum muslimin tidak diberi hak kemerdekaan secuilpun.

Karena kezaliman Hajjaj inilah, Abdurrahman bin Al-Asy’ats Al-Qaisi seorang panglima yang gagah berani, memaklumkan perang terhadap Hajjaj. Diantara pendukung Ibn Al-Asy’ats terdapat pemuka Irak, seperti Sa’id bin Jubair, Amir Asy Sya’bi dan Mutharrif bin Abdullah bin Syikhir.

Dari sinilah muncul perang yang dinamakan Dairul Jamajim. Pada awalnya pasukan Ibn Al-Asy’ats berhasil mengalahkan Hajjaj. Namun berikutnya Hajjaj yang mengalahkan Ibn Al-Asy’ats. Ada yang tertawan dan ada pula yang melarikan diri. Ibnul Al-Asy’ats melarikan diri, demikian pula dengan Sa’id bin Jubair.

Sa’id bin Jubair adalah seorang imam dari kalangan Tabi’in. Ibnu Abbas ra –sahabat Rasulullah- ketika ditanya oleh penduduk Kufah tentang suatu masalah, beliau menjawab, “Adakah patut kalian bertanya kepadaku padahal di sisi kalian ada Sa’id bin Jubair?”

Bab pertama diisi dengan ilustrasi kondisi di istana Hajjaj dan bagaimana angkuhnya Hajjaj serta betapa penjilatnya para pengawal Hajjaj. Semua puja puji pengawal ini disambut Hajjaj dengan kesombongan dan keangkuhan.

Bab Kedua menggambarkan Sa’id bin Jubair bersama murid-muridnya. Di antara dialog beliau dengan murid-muridnya sebagai berikut;

Murid 1 berkata, “Munafik yang alim? Bagaimana bisa terjadi seorang yang berilmu tapi munafik?”

Sa’id menjawab, “Bisa saja. Yang dimaksud munafik yang alim adalah orang yang pandai bicara tapi hatinya kosong dari rasa takut kepada Allah. Kepalanya dipenuhi ilmu, tapi hatinya kosong dari perasaan takut kepada Allah.”

Beliau menyitir sebuah hadits, “Dari Ali bin Abu Thalib ra, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, ‘Ketahuilah, bahwasanya aku tidak mengkhawatirkan atas kamu orang mukmin dari orang musyrik. Karena orang mukmin akan dikendalikan oleh imannya. Orang musyrik dikendalikan oleh kekufurannya. Yang aku khawatirkan atas kamu ialah orang munafik yang alim lidahnya. Ia pandai berbicara dan suka mengatakan apa-apa yang kamu ketahui sebagai kebaikan tetapi ia suka.melakukan perbuatan-perbuatan yang kamu ingkari.”

Di bagian lainnya yaitu di bagian puncaknya, terjadi debat mendebat, sanggah menyanggah antara Sa’id bin Jubair dengan Hajjaj. Berbagai macam dalil keluar dari mulut Sa’id. Semua tuduhan Hajjaj dibantah oleh Sa’id.

Perdebatan mereka berdua ini berujung pada keputusan Hajjaj bahwa Sa’id bin Jubair dihukum mati.

Di dalam buku ini, kita akan menemukan seseorang yang teguh memegang dan menyerukan kebenaran. Juga terdapat keterangan bahwa tidak semua para algojo dan pengawal Hajjaj benar-benar melakukan perintah tuannya dengan suka rela. Ada banyak pengawal Hajjaj terpaksa melakukan perintah Hajjaj. 

Dengan alasan demi nafkah anak dan isteri. Bukan itu saja, ada sebagian prajurit Hajjaj yang terang-terangan membela Sa’id bin Jubair dan bahkan menyuruh Sa’id untuk melarikan diri.

Temukan kesengitan perdebatan mereka berdua. Para pembaca dapat melihat betapa tragisnya kematian Hajjaj –si zalim-.

Buku ini merupakan buku sejarah yang sama dengan buku-buku sejarah lainnya. Hanya saja ditampilkan dalam bentuk sandiwara. Jadi semua isinya berisikan dialog dan percakapan secara langsung.

Walau tipis, buku ini cocok untuk para remaja, anak-anak, orang tua, guru dan para ulama. Para pemegang kekuasan pun sepertinya layak untuk membacanya.

Sayang setahu saya, buku ini belum diterbitkan lagi oleh penerbitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar