Judul buku : ULAMA VERSUS TIRAN
Penulis : Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Penerbit : GIP (Gema Insani Press)
Ketebalan : 71 Halaman
Ulama Versus Tiran, begitu judul terjemahan dari buku karya Dr Yusuf
Al-Qaradhawi. Dalam pendahuluannya, ustadz Yusuf Qardhawi menuliskan
latar belakang penulisan buku ini. Beliau menjelaskan bahwa di tahun
1949 di saat masih menjadi “mahasiswa buronan”, beliau dan
teman-temannya dikejar-kejar oleh “anjing pemburu”. Beliau dan
rekan-rekannya itu dijebloskan ke dalam penjara yang letaknya antara
Haxteeb dan Jabal el Thur di Mesir. (hal. 7)
Di dalam penjara Haxteeb inilah, beliau banyak membaca buku-buku tarikh
dan adab. Diantara peristiwa sejarah yang sangat mengesankan beliau
dan membuatnya tenang adalah kisah Sa’id bin Jubair, seorang alim, ahli
fiqih yang pemberani. Sa’id dengan gagah dan teguh berhadapan dengan
seorang tiran yang sangat zalim, Hajjaj bin Yusuf. (hal 8).
Dari sinilah ustadz Yusuf Qardhawi menuliskan kisah ulama yang
diwakilkan oleh Sa’id bin Jubair versus Tiran yang diwakilkan oleh
Hajjaj bin Yusuf.
Peristiwa ini terjadi di masa pemerintahan Bani Umaiyah yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Sedangkan Hajjaj bin Yusuf sebagai gubernur di Irak.
Hajjaj dikenal amat sombong dan melakukan penganiayaan serta penghinaan
terhadap kaum muslimin. Ia amat kejam dalam membantai darah kaum
muslimin sehingga kaum muslimin tidak diberi hak kemerdekaan secuilpun.
Karena kezaliman Hajjaj inilah, Abdurrahman bin Al-Asy’ats Al-Qaisi
seorang panglima yang gagah berani, memaklumkan perang terhadap Hajjaj.
Diantara pendukung Ibn Al-Asy’ats terdapat pemuka Irak, seperti Sa’id
bin Jubair, Amir Asy Sya’bi dan Mutharrif bin Abdullah bin Syikhir.
Dari sinilah muncul perang yang dinamakan Dairul Jamajim. Pada awalnya
pasukan Ibn Al-Asy’ats berhasil mengalahkan Hajjaj. Namun berikutnya
Hajjaj yang mengalahkan Ibn Al-Asy’ats. Ada yang tertawan dan ada pula
yang melarikan diri. Ibnul Al-Asy’ats melarikan diri, demikian pula
dengan Sa’id bin Jubair.
Sa’id bin Jubair adalah seorang imam dari kalangan Tabi’in. Ibnu Abbas
ra –sahabat Rasulullah- ketika ditanya oleh penduduk Kufah tentang
suatu masalah, beliau menjawab, “Adakah patut kalian bertanya kepadaku
padahal di sisi kalian ada Sa’id bin Jubair?”
Bab pertama diisi dengan ilustrasi kondisi di istana Hajjaj dan bagaimana angkuhnya Hajjaj serta betapa penjilatnya para pengawal Hajjaj. Semua puja puji pengawal ini disambut Hajjaj dengan kesombongan dan keangkuhan.
Bab Kedua menggambarkan Sa’id bin Jubair bersama murid-muridnya. Di antara dialog beliau dengan murid-muridnya sebagai berikut;
Murid 1 berkata, “Munafik yang alim? Bagaimana bisa terjadi seorang yang berilmu tapi munafik?”
Sa’id menjawab, “Bisa saja. Yang dimaksud munafik yang alim adalah
orang yang pandai bicara tapi hatinya kosong dari rasa takut kepada
Allah. Kepalanya dipenuhi ilmu, tapi hatinya kosong dari perasaan takut
kepada Allah.”
Beliau menyitir sebuah hadits, “Dari Ali bin Abu Thalib ra,
diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, ‘Ketahuilah,
bahwasanya aku tidak mengkhawatirkan atas kamu orang mukmin dari orang
musyrik. Karena orang mukmin akan dikendalikan oleh imannya. Orang
musyrik dikendalikan oleh kekufurannya. Yang aku khawatirkan atas kamu
ialah orang munafik yang alim lidahnya. Ia pandai berbicara dan suka
mengatakan apa-apa yang kamu ketahui sebagai kebaikan tetapi ia
suka.melakukan perbuatan-perbuatan yang kamu ingkari.”
Di bagian lainnya yaitu di bagian puncaknya, terjadi debat mendebat,
sanggah menyanggah antara Sa’id bin Jubair dengan Hajjaj. Berbagai
macam dalil keluar dari mulut Sa’id. Semua tuduhan Hajjaj dibantah oleh
Sa’id.
Perdebatan mereka berdua ini berujung pada keputusan Hajjaj bahwa Sa’id bin Jubair dihukum mati.
Di dalam buku ini, kita akan menemukan seseorang yang teguh memegang
dan menyerukan kebenaran. Juga terdapat keterangan bahwa tidak semua
para algojo dan pengawal Hajjaj benar-benar melakukan perintah tuannya
dengan suka rela. Ada banyak pengawal Hajjaj terpaksa melakukan
perintah Hajjaj.
Dengan alasan demi nafkah anak dan isteri. Bukan itu
saja, ada sebagian prajurit Hajjaj yang terang-terangan membela Sa’id
bin Jubair dan bahkan menyuruh Sa’id untuk melarikan diri.
Temukan kesengitan perdebatan mereka berdua. Para pembaca dapat melihat betapa tragisnya kematian Hajjaj –si zalim-.
Buku ini merupakan buku sejarah yang sama dengan buku-buku sejarah
lainnya. Hanya saja ditampilkan dalam bentuk sandiwara. Jadi semua
isinya berisikan dialog dan percakapan secara langsung.
Walau tipis, buku ini cocok untuk para remaja, anak-anak, orang tua,
guru dan para ulama. Para pemegang kekuasan pun sepertinya layak untuk
membacanya.
Sayang setahu saya, buku ini belum diterbitkan lagi oleh penerbitnya.
Sayang setahu saya, buku ini belum diterbitkan lagi oleh penerbitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar