Judul resensi : Sapta
Siaga Nyaris Putus Asa
Judul Asli : Secret Seven Adventure
Penulis : Enid
Blyton
Pertama terbit
tahun: 1950
Judul buku : Rahasia
Jejak Bundar
Alih Bahasa: Agus
Setiadi
Penerbit : Gramedia
Ketebalan : 95
halaman
Cetakan Pertama:
Nopember 1977
Rahasia Jejak
Bundar merupakan salah satu seri dari Serikat Sapta Siaga. Ceritanya cukup
menegangkan. Diawali dengan rapat Sapta Siaga yang diadakan di gudang rumah
milik orang tua Peter dan Janet. Karena tidak ada petualangan, mereka (Peter,
Janet, George, Jack, Colin, Pam dan Barbara) memutuskan untuk bermain
indian-indianan.
Cara bermainnya
cukup mudah. Mereka dibagi dua kelompok dan semuanya mengenakan pakaian dan
penampilan ala indian. Hanya Colin saja yang tidak berpenampilan indian. Kedua
kelompok ini berlomba, siapakah yang lebih dahulu menemukan Colin yang diminta
untuk bersembunyi.
Mereka sepakat
untuk bermain di Hutan Semak. Colin diberi kesempatan beberapa saat untuk
bersembunyi. Setelah hitungan tertentu kedua kelompok menyusul mencari Colin.
Pada saat itulah,
terjadi suatu peristiwa. Colin yang bersembunyi di atas pohon melihat seseorang
memanjat tembok rumah seorang bangsawan. Sementara Peter memergoki seseorang
yang tak dikenal, ketika menyibak semak-semak dalam rangka mencari Colin.
Orang itu segera
lari dan wajahnya tidak sempat tertangkap dengan jelas oleh Peter. Ternyata
orang itu lari dan bersembunyi di atas pohon, yaitu di pohon yang sama dengan
Colin. Hanya saja posisi Colin di atas posisi orang misterius itu.
Tapi peristiwa itu
tidak terlalu diambil pusing oleh mereka, kecuali setelah terdengar berita
bahwa kalung milik seorang bangsawan telah dicuri. Sapta Siaga langsung dapat
memahami bahwa orang yang sempat bertemu dengan Peter dan Colin, kemungkinan
adalah pencuri kalung itu.
Mereka pun kembali
ke Hutan Semak. Mereka memperhatikan dinding yang dipanjat si pencuri. Menurut
perhitungan, dinding itu tidak mungkin dapat dipanjat oleh orang biasa. Karena bangunan
dinding itu amat tinggi.
Di TKP, ketujuh
anak pemberani itu menemukan jejak aneh yang berbentuk bundar. Benang wol
berwarna biru dan sebuah topi. Petunjuk lainnya, Peter sempat melihat bahwa
orang yang dipergokinya itu berwajah bersih. Sementara Colin sempat melihat
rambut orang yang dicurigai itu berwarna hitam dan kepalanya agak botak.
Dari bekal dan
informasi terbatas inilah, mereka bergerak. Dari sini muncul berbagai dugaan.
Diantaranya adalah hanya orang yang pandai akrobatik saja yang pandai
melompat-lompat, termasuk melompati dinding yang tinggi. Muncul pula dugaan
bahwa jejak bundar itu berasal dari kaki palsu orang yang kakinya cacat.
Kebetulan dekat
dengan rumah mereka, terdapat sirkus keliling. Dari sinilah mereka mulai
menyelidiki. Di sinilah mereka menemukan kaos kaki berbahan wol dengan benang
wol berwarna biru; sama dengan warna benang yang mereka temukan. Di sini pula,
mereka menemukan motif baju yang sama persis dengan motif topi yang mereka
temukan.
Sehingga para
anggota Sapta Siaga yakin bahwa pencuri itu ada di antara rombongan sirkus.
Namun keyakinan mereka itu tergoyahkan. Sebab ternyata pemain sirkus yang
pandai akrobat kepalanya botak/plontos. Padahal yang mereka cari pemain akrobat
berambut dengan sedikit botak. Sehingga tidak mungkin pemain akrobat itu adalah
pelaku pencurian.
Mereka setengah
putus asa, begitu mengetahui bahwa tidak ada orang cacat diantara rombongan
sirkus. Sehingga jejak bundar itu kembali menjadi misteri.
Di satu sisi
harapan muncul, di sisi lain harapan itu hilang. Anak-anak Sapta Siaga merasa
bahwa misteri akan segera terkuak. Tapi ternyata itu hanya dugaan. Sehingga ini
menuntut kesabaran dan ketekunan plus keberanian.
Menuntut
keberanian? Memangnya ada peristiwa apakah di dalam Rahasia Jejak Bundar ini,
hingga perlu adanya keberanian?
Rasakanlah
ketegangan, ‘rasa putus asa’, kesabaran dan ketekunan yang dirasakan oleh
anggota-anggota Sapta Siaga.
Novel
ini cocok untuk dibaca anak-anak SD dan remaja, juga orang tua mereka. Selain
karena tokoh-tokoh Sapta Siaga masih terbilang kecil, kalo tidak bisa dikatakan
remaja, novel ini juga diselingi gambar-gambar yang mewakili setiap bab. Setiap
Bab dibuat tidak terlalu panjang, agar para pembaca tidak merasa berat untuk
menyelasaikan bacaan setiap babnya.
sumber image:buku.dibaca.in
Tidak ada komentar:
Posting Komentar