Kamis, 26 Juni 2014

Sapta Siaga Nyaris Putus Asa

 


Judul resensi : Sapta Siaga Nyaris Putus Asa
Judul Asli    : Secret Seven Adventure
Penulis : Enid Blyton
Pertama terbit tahun: 1950
Judul buku : Rahasia Jejak Bundar
Alih Bahasa: Agus Setiadi
Penerbit : Gramedia
Ketebalan : 95 halaman
Cetakan Pertama: Nopember 1977

Rahasia Jejak Bundar merupakan salah satu seri dari Serikat Sapta Siaga. Ceritanya cukup menegangkan. Diawali dengan rapat Sapta Siaga yang diadakan di gudang rumah milik orang tua Peter dan Janet. Karena tidak ada petualangan, mereka (Peter, Janet, George, Jack, Colin, Pam dan Barbara) memutuskan untuk bermain indian-indianan.

Cara bermainnya cukup mudah. Mereka dibagi dua kelompok dan semuanya mengenakan pakaian dan penampilan ala indian. Hanya Colin saja yang tidak berpenampilan indian. Kedua kelompok ini berlomba, siapakah yang lebih dahulu menemukan Colin yang diminta untuk bersembunyi.

Mereka sepakat untuk bermain di Hutan Semak. Colin diberi kesempatan beberapa saat untuk bersembunyi. Setelah hitungan tertentu kedua kelompok menyusul mencari Colin.

Pada saat itulah, terjadi suatu peristiwa. Colin yang bersembunyi di atas pohon melihat seseorang memanjat tembok rumah seorang bangsawan. Sementara Peter memergoki seseorang yang tak dikenal, ketika menyibak semak-semak dalam rangka mencari Colin.

Orang itu segera lari dan wajahnya tidak sempat tertangkap dengan jelas oleh Peter. Ternyata orang itu lari dan bersembunyi di atas pohon, yaitu di pohon yang sama dengan Colin. Hanya saja posisi Colin di atas posisi orang misterius itu.

Tapi peristiwa itu tidak terlalu diambil pusing oleh mereka, kecuali setelah terdengar berita bahwa kalung milik seorang bangsawan telah dicuri. Sapta Siaga langsung dapat memahami bahwa orang yang sempat bertemu dengan Peter dan Colin, kemungkinan adalah pencuri kalung itu.

Mereka pun kembali ke Hutan Semak. Mereka memperhatikan dinding yang dipanjat si pencuri. Menurut perhitungan, dinding itu tidak mungkin dapat dipanjat oleh orang biasa. Karena bangunan dinding itu amat tinggi.

Di TKP, ketujuh anak pemberani itu menemukan jejak aneh yang berbentuk bundar. Benang wol berwarna biru dan sebuah topi. Petunjuk lainnya, Peter sempat melihat bahwa orang yang dipergokinya itu berwajah bersih. Sementara Colin sempat melihat rambut orang yang dicurigai itu berwarna hitam dan kepalanya agak botak.

Dari bekal dan informasi terbatas inilah, mereka bergerak. Dari sini muncul berbagai dugaan. Diantaranya adalah hanya orang yang pandai akrobatik saja yang pandai melompat-lompat, termasuk melompati dinding yang tinggi. Muncul pula dugaan bahwa jejak bundar itu berasal dari kaki palsu orang yang kakinya cacat.

Kebetulan dekat dengan rumah mereka, terdapat sirkus keliling. Dari sinilah mereka mulai menyelidiki. Di sinilah mereka menemukan kaos kaki berbahan wol dengan benang wol berwarna biru; sama dengan warna benang yang mereka temukan. Di sini pula, mereka menemukan motif baju yang sama persis dengan motif topi yang mereka temukan.

Sehingga para anggota Sapta Siaga yakin bahwa pencuri itu ada di antara rombongan sirkus. Namun keyakinan mereka itu tergoyahkan. Sebab ternyata pemain sirkus yang pandai akrobat kepalanya botak/plontos. Padahal yang mereka cari pemain akrobat berambut dengan sedikit botak. Sehingga tidak mungkin pemain akrobat itu adalah pelaku pencurian.

Mereka setengah putus asa, begitu mengetahui bahwa tidak ada orang cacat diantara rombongan sirkus. Sehingga jejak bundar itu kembali menjadi misteri.
Di satu sisi harapan muncul, di sisi lain harapan itu hilang. Anak-anak Sapta Siaga merasa bahwa misteri akan segera terkuak. Tapi ternyata itu hanya dugaan. Sehingga ini menuntut kesabaran dan ketekunan plus keberanian.

Menuntut keberanian? Memangnya ada peristiwa apakah di dalam Rahasia Jejak Bundar ini, hingga perlu adanya keberanian?

Rasakanlah ketegangan, ‘rasa putus asa’, kesabaran dan ketekunan yang dirasakan oleh anggota-anggota Sapta Siaga.
 
Novel ini cocok untuk dibaca anak-anak SD dan remaja, juga orang tua mereka. Selain karena tokoh-tokoh Sapta Siaga masih terbilang kecil, kalo tidak bisa dikatakan remaja, novel ini juga diselingi gambar-gambar yang mewakili setiap bab. Setiap Bab dibuat tidak terlalu panjang, agar para pembaca tidak merasa berat untuk menyelasaikan bacaan setiap babnya.

sumber image:buku.dibaca.in

Tidak ada komentar:

Posting Komentar