Kamis, 27 November 2014

Walau Hanya Sekedar Lilin



Judul Karya Resensi; Walau Hanya Sekedar Lilin

Judul Buku: Lilin Yang Tak Pernah Padam

Penulis: Abu Malik Muhammad ibn Hamid ibn Abdul Wahab

Penerbit: Qisthi Press

Harga:

Tebal: 183 halaman

        Sudah banyak buku yang membicarakan tentang Muhammad Rasulullah Saw. Ada karya Haekal, Moenawar Khalil, Ramadhan Al-Buthy, Mubarakfury dan sebagainya. Demikian pula buku sejarah mengenai para sahabat Rasulullah, tak kurang-kurang jumlahnya. Ada karya Khalid Muhammad Khalid, Kandahlawy, Hepi Andi Bastoni, Abdurrahman Ra’fat Al-Basya dan seterusnya. Namun sedikit sekali buku (sepengetahuan saya) yang membahas tentang perjalanan hidup ulama hadits, ulama madzhab dan para ulama yang ilmunya diakui oleh banyak kalangan
        Buku Lilin Yang Tak Pernah Padam ini membicarakan tentang para ulama.
        Imam Bukhari menyusun kitab hadits shahihnya selama 16 thn. Dan itu merupakan saringan dari 600 ribu hadits. Dalam pengembaraannya mencari hadits, Imam Bukhari telah berkelana ke Nisabur, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah, Madinah, Syam dan Mesir
        Ibn Jarir Ath Thabary berkata kepada para sahabatnya, "Apakah kalian mau menulis sejrah dari zaman Adam hingga sekarang? Mereka bertanya, "Berapa halamankah nantinya?" Ia jawab, "Sekitar 30 ribu lembar." Mereka berkata, "Pekerjaan ini akan menghabiskan usia dan belum tentu dapat selesai." Ia berkata, "Tekad telah mati."
        Imam Bukhari pernah diuji hapalan haditsnya. Suatu ketika, Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari datang ke Baghdad. Rupanya para ahli hadits mendengar kedataganya itu. Lalu, mereka pun berkumpul dan sepakat ingin menguji hapalannya. Mereka mengumpulka seratus hadis dan kemudian mengacak matan dan sanadnya. Mereka menempatkan sanad hadits yang satu ke sanad hadits yang lain, matan hadits yang satu ke matan hadits yang lain.
       Ketika hari ‘pengujian’ itu tiba, datanglah 10 orang ahli hadits yang masing-masingnya membawa 10 hadits dengan kondisi sanad dan matannya telah diacak.
      Mereka secara bergiliran menanyakan satu persatu hadits hingga genap berjumlah 100 hadits.
        Singkat cerita, Bukhari menoleh ke penanya pertama dan berkata kepadanya, “Mengenai hadits pertama yang kamu bacakan kepadaku tadi, kamu membacanya ‘begini’. Padahal yang benar ‘begini’. Hadits yang kedua, engkau membacanya ‘begini’, sementara yang benar adalah ‘begini’. Begitulah Bukhari terus mengomentari dan mengoreksi kesepuluh hadits yang dibacaka oleh penanya pertama itu sampai selesai. Dilanjutkan dengan penanya kedua, ketiga hingga penanya kesepuluh. Walhasil, orang-orang mengakui kekuatan hapalan Imam Bukhari.
        Syaikh Muhammad Hasan pernah bercerita, “Akhirnya saya keluar dari masjid tanpa alas kaki. Begitu juga, dengan Syaikh Utsaimin, beliau mengapit sandalnya di ketiaknya. Berjalan tanpa mengenakan alas kaki. Padahal pada saat itu sinar matahari bersinar dengan panas dan tanak yang kami injak pun terasa amat panas.
        Kemudian Syaikh Utsaimin mengingatkan saya akan Allah dan memohon pertolongan pada Allah dari panasnya api neraka, sehingga saya pun menangis. Saya menyadari bahwa Syaikh Utsaimin bermaksud memberikan pengajaran yang sangat berharga (dengan berjalan tanpa alas kaki di tengah panas yang terik).
        Masih banyak lagi kisah perjalanan hidup para ulama lainnya, sikap dan perkataan mereka serta tekad, penderitaan dan cobaan yang mereka hadapi.
        Kisah-kisah yang disajikan dibuat ringkas, padat dan penuh makna. Jadi banyak kisah yang disajikan dengan satu halaman saja. Oleh karenanya, untuk memetik hikmah, kita tidak perlu banyak menghabiskan waktu. Tinggal membaca, memahami, merenungkan dan memetiknya.
    Oleh karenanya, para pembaca tidak akan menemukan kisah, perjalanan hidup para ulama secara lengkap. Yang ada hanya hikmah, pelajaran dan berbagai perjuangan para ulama yang disajikan secara ringkas, namun sarat makna
        Ini berbeda sekali dengan buku-buku sejarah lainnya. Ditulis hingga ber bab-bab. Satu bab-nya terdiri beberapa halaman dan berlembar-lembar. Sehingga harus mengatur waktu sedemikian rupa, agar dapat menyerap yang baru saja dibaca.
       Buku ini cocok untuk mereka yang sibuk, namun punya hobby membaca. walau sibuk, masih dapat informasi berharga.
        Namun bagi mereka yang biasa membaca buku tebal dan memiliki speed membaca yang tinggi, mungkin bacaan ini belum terasa memuaskannya.
        Bentuk buku dibuat tidak lazim. Karena dibuat memanjang horizontal. Sehingga bagi penggemar buku, mungkin sajian buku dalam bentuk seperti ini akan menimbulkan kesan tidak ‘nyaman’.
         Tidak ada footnote dalam buku ini. Yang ada endnote.
sumber image: http://img.bukabuku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar