Judul Karya Resensi; Walau
Hanya Sekedar Lilin
Judul Buku: Lilin Yang Tak
Pernah Padam
Penulis: Abu Malik
Muhammad ibn Hamid ibn Abdul Wahab
Penerbit: Qisthi Press
Harga:
Tebal: 183 halaman
Sudah banyak buku yang membicarakan tentang Muhammad Rasulullah Saw. Ada karya
Haekal, Moenawar Khalil, Ramadhan Al-Buthy, Mubarakfury dan sebagainya.
Demikian pula buku sejarah mengenai para sahabat Rasulullah, tak kurang-kurang
jumlahnya. Ada karya Khalid Muhammad Khalid, Kandahlawy, Hepi Andi Bastoni,
Abdurrahman Ra’fat Al-Basya dan seterusnya. Namun sedikit sekali buku
(sepengetahuan saya) yang membahas tentang perjalanan hidup ulama hadits, ulama
madzhab dan para ulama yang ilmunya diakui oleh banyak kalangan
Buku Lilin Yang Tak Pernah Padam ini membicarakan tentang para ulama.
Imam Bukhari menyusun kitab hadits shahihnya selama 16 thn. Dan itu merupakan
saringan dari 600 ribu hadits. Dalam pengembaraannya mencari hadits, Imam
Bukhari telah berkelana ke Nisabur, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah, Madinah,
Syam dan Mesir
Ibn Jarir Ath Thabary berkata kepada para sahabatnya, "Apakah kalian mau
menulis sejrah dari zaman Adam hingga sekarang? Mereka bertanya, "Berapa
halamankah nantinya?" Ia jawab, "Sekitar 30 ribu lembar." Mereka
berkata, "Pekerjaan ini akan menghabiskan usia dan belum tentu dapat
selesai." Ia berkata, "Tekad telah mati."
Imam Bukhari pernah diuji hapalan haditsnya. Suatu ketika, Muhammad ibn Ismail
Al-Bukhari datang ke Baghdad. Rupanya para ahli hadits mendengar kedataganya
itu. Lalu, mereka pun berkumpul dan sepakat ingin menguji hapalannya. Mereka
mengumpulka seratus hadis dan kemudian mengacak matan dan sanadnya. Mereka
menempatkan sanad hadits yang satu ke sanad hadits yang lain, matan hadits yang
satu ke matan hadits yang lain.
Ketika
hari ‘pengujian’ itu tiba, datanglah 10 orang ahli hadits yang masing-masingnya
membawa 10 hadits dengan kondisi sanad dan matannya telah diacak.
Mereka
secara bergiliran menanyakan satu persatu hadits hingga genap berjumlah 100
hadits.
Singkat
cerita, Bukhari menoleh ke penanya pertama dan berkata kepadanya, “Mengenai
hadits pertama yang kamu bacakan kepadaku tadi, kamu membacanya ‘begini’.
Padahal yang benar ‘begini’. Hadits yang kedua, engkau membacanya ‘begini’,
sementara yang benar adalah ‘begini’. Begitulah Bukhari terus mengomentari dan
mengoreksi kesepuluh hadits yang dibacaka oleh penanya pertama itu sampai
selesai. Dilanjutkan dengan penanya kedua, ketiga hingga penanya kesepuluh.
Walhasil, orang-orang mengakui kekuatan hapalan Imam Bukhari.
Syaikh Muhammad Hasan pernah bercerita, “Akhirnya saya keluar dari masjid tanpa
alas kaki. Begitu juga, dengan Syaikh Utsaimin, beliau mengapit sandalnya di
ketiaknya. Berjalan tanpa mengenakan alas kaki. Padahal pada saat itu sinar
matahari bersinar dengan panas dan tanak yang kami injak pun terasa amat panas.
Kemudian Syaikh Utsaimin mengingatkan saya akan Allah dan memohon pertolongan pada
Allah dari panasnya api neraka, sehingga saya pun menangis. Saya menyadari
bahwa Syaikh Utsaimin bermaksud memberikan pengajaran yang sangat berharga
(dengan berjalan tanpa alas kaki di tengah panas yang terik).
Masih banyak lagi kisah perjalanan hidup para ulama lainnya, sikap dan
perkataan mereka serta tekad, penderitaan dan cobaan yang mereka hadapi.
Kisah-kisah yang disajikan dibuat ringkas, padat dan penuh makna. Jadi banyak
kisah yang disajikan dengan satu halaman saja. Oleh karenanya, untuk memetik
hikmah, kita tidak perlu banyak menghabiskan waktu. Tinggal membaca, memahami,
merenungkan dan memetiknya.
Oleh
karenanya, para pembaca tidak akan menemukan kisah, perjalanan hidup para ulama
secara lengkap. Yang ada hanya hikmah, pelajaran dan berbagai perjuangan para
ulama yang disajikan secara ringkas, namun sarat makna
Ini berbeda sekali dengan buku-buku sejarah lainnya. Ditulis hingga ber
bab-bab. Satu bab-nya terdiri beberapa halaman dan berlembar-lembar. Sehingga
harus mengatur waktu sedemikian rupa, agar dapat menyerap yang baru saja
dibaca.
Buku ini cocok untuk mereka yang sibuk, namun punya hobby membaca. walau sibuk,
masih dapat informasi berharga.
Namun bagi mereka yang biasa membaca buku tebal dan memiliki speed membaca yang
tinggi, mungkin bacaan ini belum terasa memuaskannya.
Bentuk buku dibuat tidak lazim. Karena dibuat memanjang horizontal. Sehingga
bagi penggemar buku, mungkin sajian buku dalam bentuk seperti ini akan
menimbulkan kesan tidak ‘nyaman’.
Tidak ada footnote dalam buku ini. Yang ada endnote.
sumber image: http://img.bukabuku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar