Judul Buku: Tangan Allah di Atas Seutas Tali
Penulis: Bayu Gawtama
Terbit tahun: 2008
Buku ini terbit di Juli 2008, bukan buku baru, namun juga belum layak dikatakan sebagai buku lama.
Ada banyak peristiwa atau kejadian yang telah kita
lalui dapat dijadikan cerminan dalam menjalani kehidupan ini. Seseorang yang
mencari kearifan hidup akan memaknai segala peristiwa sebagai proses kehidupan,
karena setiap peristiwa ada hikmahnya, baik peristiwa itu terjadi pada diri
sendiri maupun orang lain dan berupa peristiwa baik maupun buruk
Buku ini berisi kisah-kisah nyata, baik yang dialami
penulisnya sendiri maupun yang dialami orang lain. Ada kisah yang membuat kita
berpikir. Berpikir ulang untuk mengulangi perbuatan buruk yang kelihatannya
remeh. Dapat ditemukan dalam kisah yang berjudul ”Penyumbat Rezeki”
Dikisahkan Hardi adalah seorang pedagang kelontong yang
cukup berhasil di kotanya. Namun dulu, usahanya tak semaju sekarang. Setahun
yang lalu, Hardi mengadukan nasibnya kepada guru ngajinya. Ia mengaku sudah
lebih sebelas tahun mencoba berbagai usaha namun selalu kandas di tengah jalan.
Gurunya berkata, ”Coba ingat, pernah punya hutang atau tidak di masa lalu? Atau pernah punya sangkutan berkenaan dengan rezeki orang lain atau tidak di masa lalu?”
Gurunya berkata, ”Coba ingat, pernah punya hutang atau tidak di masa lalu? Atau pernah punya sangkutan berkenaan dengan rezeki orang lain atau tidak di masa lalu?”
Awalnya Hardi bingung, namun dia teringat sesuatu. Usai
mengucapkan terima kasih pada gurunya. Hardi langsung memacu kendaraannya
menuju Semarang. Tidak kurang dari 13 jam waktu yang ditempuh.
Dia tiba di tempat yang dituju. Dia mencoba bertanya
kepada orang-orang di sekitar perihal tukang mie yang pernah berjualan di situ.
”Ya tukang mie itu bapak saya. Sekarang bapak sedang
sakit parah.” Tanpa pikir panjang , ia minta diantarkan ke rumah penjual mie
untuk bertemu langsung.
Sesampai di rumah penjual mie itu, Hardi langsung
meminta beberapa anggota keluarga membopong penjual mie itu ke mobilnya dan
segera membawanya ke RS. Alhamdulillah, jika tidak segera dibawa ke RS, mungkin
penjual mie itu tidak akan tertolong. Seluruh biaya RS tercatat mencapai Rp 15
juta dan semuanya ditanggung oleh Hardi.
Beberapa hari kemudian, setelah kembali ke rumah, bapak
penjual mie itu mengucapkan terima kasih kepada Hardi, ”Bapak tidak tahu harus
bagaimana mengembalikan uang biaya berobat itu kepada nak Hardi. Usaha dagang
bapak sedang susah...”
Hardi berkali-kali mencium tangan Pak Atmo, penjual mie
itu. Matanya tak henti menitikkan air mata, ia sedang berusaha menyatakan
sesuatu.
Akhirnya, ”Semua sudah terbayar lunas pak. Saya hanya
minta bapak mengikhlaskan semangkuk mie ayam yang pernah saya makan tanpa
membayar 12 tahun silam. Saat itu, sehabis makan ia langsung kabur memacu
sepeda motornya dan tak membayar mie seharga 1500 rupiah.
Kisah yang begitu menyentuh hati dapat ditemukan dalam
”OB Juga Manusia”.
Ada yang selalu dilakukan Hendi setiap pagi dan sore di kantornya. Sebuah sapaan khas selalu diucapkannya setiap pagi kepada Surya, office boy (OB) kantor tempatnya bekerja. ”Assalamu’alaikum mas Surya, apa kabar? Keluarga sehat?”
Ada yang selalu dilakukan Hendi setiap pagi dan sore di kantornya. Sebuah sapaan khas selalu diucapkannya setiap pagi kepada Surya, office boy (OB) kantor tempatnya bekerja. ”Assalamu’alaikum mas Surya, apa kabar? Keluarga sehat?”
”Mas Surya, saya pulang dulu ya, salam buat keluarga di
rumah.”
”Sudah makan siang mas?”
Pada suatu hari Hendi yang memiliki jabatan manager itu
berniat resign dari perusahaannya dan pindah ke kantor lain. Atasan Hendi,
Sarah teman dekat Hendi dan semua rekan kantornya telah berusaha menahan Hendi
agar tidak pindah kantor, namun semuanya sia-sia. Akan tetapi si OB berhasil
mencegahnya. Ada apakah gerangan?
Ketika Hendi mau pamit meninggalkan kantornya, dia
melewati Surya. Surya berkata, ”Selama saya bekerja di sini, hanya pak Hendi
yang benar-benar memanusiakan saya. Saya tidak tahu apakah masih bisa mendengar
sapaan di pagi, siang dan sore seperti yang biasa bapak lakukan untuk saya.”
Mendengar ucapan ini, Hendi menjatuhkan tas di
tangannya dan meminta Surya untuk meletakkannya kembali ke meja kerjanya,
”Tolong letakkan kembali barang-barang saya di meja kerja saya ya mas....”
pintanya. Hendi tidak jadi pindah.
Temukan juga kisah menyentuh lainnya yang berjudul
Jeruk Busuk Rasa Manis.
Ada 40-an kisah nyata yang terdapat di dalam buku ini.
Semuanya kisah nyata, tidak ada dongeng, cerita khayal atau pun khurafat.
Dibagi dalam bab Spirit Iman dan Akhlak, Spirit Ibadah,
Spirit Sedekah, Spirit Kerja, Spirit Parenting, Spirit Sosial dan Refleksi
diri.
Karena buku ini berisi kisah-kisah pendek, maka para
pembaca tidak merasa berat dalam membacanya. Usai membaca satu kisah, dia dapat
memberi jeda dalam membaca, dengan –insya Allah- memperoleh satu hikmahnya.
Baik untuk orang tua, guru, anak-anak, pria, wanita dan
siapa pun juga.
Dalam kumpulan kisah ini tidak ditemukan dalil-dalil
seperti dari Al-Qur’an dan Sunnah. Tidak ada juga kisah-kisah nabi, para
sahabat dan orang-orang shalih. Sehingga tidak ada pembahasan kisah menurut
Al-Qur’an atau Sunnah. Tidak ada pula perbandingan sikap yang ada di kumpulan
kisah dengan yang pernah dilakukan Rasulullah, para sahabat dan orang-orang
shalih.
Pembahasannya ringan, mudah dicerna dan dengan bahasa
yang cukup renyah. Diharapkan dengan membaca buku ini, para pembaca akan
menjadi lebih bijak. Dapat memaknai berbagai peristiwa dan kejadian dengan
benar.
Ukuran buku ini sebesar buku novel, sehingga nyaman
untuk dibawa kemana-mana.
sumber image:myquran.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar