Kategori :
Buku
Jenis :
Sastra fiksi
Judul :
Bu Kek Sian su
Penulis :
Kho Ping Hoo
Kisah bermula di pegunungan Jeng Hoa San
(Gunung Seribu Bunga). Di sini tinggal seorang anak kecil yang bernama Sin
Liong. Usianya baru tujuh tahun. Walau masih kecil, dia sudah sering kali
menolong orang.
Mengobati penduduk yang tinggal di sekitar
pegunungan itu.
Sudah banyak orang yang ditolong. Bahkan ketika terjadi wabah penyakit di
sebuah desa. Anak kecil itu, berhasil mencegah meningkatnya jumlah korban
karena penyakit itu. Orang-orang yang sakit dapat sembuh dan yang belum terkena
dapat terhindari. Karena ilmu pengobatannya ini, dia dipanggil dengan sebutan
Sin Tong (anak ajaib).
Bukan hanya itu, Sin Liong begitu amat
perhatian dan penuh kasih pada sesama manusia. Tidak peduli siapa yang
ditolongnya. Apakah dia pendekar gagah perkasa maupun perampok. Dari sinilah
nama Sin Liong mulai tersebar ke dunia Kang-Ouw (dunia persilatan)
Banyak pendekar yang ingin mengangkatnya
menjadi murid. Tapi ada pula yang berniat jahat, ingin menghirup sum-sum, darah
dan sari tubuh anak kecil ini. Tujuannya adalah untuk menyempurnakan ilmu
sesatnya. Diantara mereka ada yang bernama Pat-jiu Kai-ong (Raja Pengemis
Berlengan Delapan) dan tokoh sesat yang satunya seorang wanita bernama Kiam-mo
Cai-li
Dalam perjalanan menuju tempat tinggal Sin
Liong, Pat-Jiu Kai-Ong dihalangi oleh 12 orang pendekar dari Bu Tong Pai.
Karena mereka tahu Pat-Jiu ini berniat buruk pada Sin Liong. Tujuannya, ingin
mengambil sari tubuh Sin Liong untuk menyempurnakan ilmu sesatnya. Singkat
cerita, ke 12 pendekar Bu Tong Pai ini kalah oleh Pat-Jiu. Semuanya tewas,
kecuali pendekar termuda dari ke 12 pendekar ini. Dia seorang wanita yang
bernama The Kwat Lin. Wanita ini dibiarkan hidup untuk diperkosa oleh
Pat-Jiu.
Hampir tidak berbeda dengan Pat-Jiu,
perjalanan Kiam-mo Cai-li dihalangi oleh 5 orang pendekar dari Hoa San Pai.
Kelima pendekar ini juga ingin menghalangi niat Kiam-mo Cai-li untuk menemui
Sin Liong. Karena mereka mengetahui Kiam-mo Cai-li punya niat buruk terhadap
Sin Liong. Niatnya tidak jauh berbeda dengan Pat-Jiu Kai-ong, menghirup sum-sum
atau sari tubuh Sin Liong yang dianggap dapat menyempurnakan ilmunya.
Selain mereka berdua, ada lagi pendekar
lainnya. Mereka adalah Siang-koan Houw, akan tetapi dia lebih terkenal dengan
sebutan Tee-tok (Racun Bumi), Thian-tok (Racun Langit), Ciang Ham julukannya
Thian-he Te-it, Sedunia Nomor satu, Gin-siauw Siucai (Pelajar Bersuling Perak)
dan Lam-hai Seng-jin (Manusia Sakti Laut Selatan).
Kelima pendekar terakhir ini hanya
menginginkan Sin Liong menjadi muridnya. Mereka berbeda dengan Pat-Jiu dan
Kiam-mo. Walau demikian, mereka memiliki keinginan yang sama. Ingin memiliki
dan menguasai Sin Liong.
Akhirnya diputuskan, untuk mendapatkan Sin
Liong harus dapat mengalahkan semua saingannya. Artinya mereka semua satu sama
lain harus bertarung. Terjadilah pertarungan semua lawan semua.
Tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang. Di saat perkelahian bersama
inilah, datanglah pangeran Pulau Es yang bernama Han Ti Ong. Han Ti Ong unik,
dia memiliki ilmu inti sari dasar gerakan semua ilmu silat. Sehingga semua pendekar
yang ada di sana dapat dikalahkannya dengan ilmu silat mereka
masing-masing.
Semua pendekar terkagum-kagum, mengapa Han
Ti Ong bisa menyerang dan mengelak dengan gaya ilmu silat mereka semua. Bahkan
pangeran pulau es dapat melakukan semua gerakan dengan sempurna, penuh tenaga
dan dengan kecepatan yang luar biasa.
Dari sinilah, Sin Liong dibawa oleh Han Ti
Ong ke pulau es dan diangkat menjadi muridnya.
Selanjutnya kisah menceritakan pengalaman
Sin Liong, dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari pulau Es ke pulau Neraka.
Dari pulau Neraka ke daratan. Berkenalan dari satu pendekar ke pendekar yang
lain.
Bagaimanakah watak Sin Liong di masa
remaja? Apakah masih sama dengan kondisinya di waktu kecil? Sosok yang suka
menolong, penuh kasih sayang pada sesama dan selalu menghindari pertikaian?
Apakah Sin Liong se piawai gurunya Han Ti Ong?
Bagaimanakah The Kwat Lin membalaskan
dendam kematian para suhengnya (kakak seperguruan)? Serta bagaimana pula The
Kwat Lin membalas sakit hatinya pada Pat Jiu Kai Ong yang telah memerkosa?
Bukankah ilmu silat Pat Jiu lebih hebat dari The Kwat Lin?
Siapakah Han Swat Hong? Apakah hubungannya
dengan Han Ti Ong? Lalu siapakah Soan Cu? Siapa pula Bu Kek Siansu?
Kelebihan dari penulis Kho Ping Hoo, dia
dapat menggunakan bahasa Cina. Baik dari kata ganti seperti pinto, Ji-wi, Cu-wi
maupun jurus-jurus yang digunakan oleh masing-masing pendekar.
Bukan itu saja, di tengah-tengah cerita,
penulis menyelipkan petuah-petuahnya yang kaya makna. Terkadang petuahnya bisa
diterima oleh akal, namun terkadang pula perlu dikritisi. Tapi tetap ini
merupakan kelebihan dari penulis Kho Ping Hoo. Menurut saya, tidak ada penulis
cerita silat yang begitu sering menyisipkan petuahnya di dalam ceritanya.
Dalam cerita ini ada beberapa kali penulis
berpindah dari satu setting waktu ke setting waktu sebelumnya (flash back).
Sehingga ada satu bagian diceritakan bahwa delapan belas orang murid Kui Tek
Tojin yang bukan lain adalah Bu-tong Cap-pwe Enghiong itu telah tewas. Pada
halaman berikutnya diceritakan mereka itu masih hidup. Karena di sini penulis
menggunakan setting waktu mundur.
Ada beberapa bagian lain yang penulis juga
menggunakan setting waktu mundur. Ini menunjukkan kepiawaian penulis dalam
menggunakan setting waktu dan tidak membingungkan pembaca.
Mengenai bentuk buku, karya-karya Kho Ping
Hoo memang mempunyai ciri khas. Bukunya kecil, tipis, namun terdiri dari
berjilid-jilid. Cetakannya khas, namun masih tetap enak dibaca.
Untuk buku-buku tertentu mungkin penerbit
dapat mencantumkan tulisan 17 tahun ke atas. Karena ada bagian yang mungkin
belum layak dibaca oleh anak-anak. Karena bisa jadi penggemar cerita silat Kho
Ping Hoo ini bukan saja dari kalangan remaja dan dewasa, namun juga dari
kalangan anak-anak.
Bu Kek Siansu ini merupakan serial yang
terdiri dari 17 judul. Masing-masing judul memiliki seri yang berjilid-jilid.
sumber image:id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar