Judul Buku: River's Note
Penulis: Fauzan Mukrin
Jumlah Halaman: 254 halaman
Penerbit: NouraBooks
Tahun: April 2012
ISBN: 978-602-9498-13-4
Cerita berawal dari dialog antara Fauzan Mukrim dengan ayahnya. Ochan -nama kecil Fauzan Mukrim- adalah seorang wartawan salah satu TV swasta. Seringkali ayah Ochan bertanya tentang liputan Ochan di suatu daerah atau kota. Bagaimana kondisi daerah atau kota itu sekarang? Dari dialog ini, Ochan baru mengetahui bahwa ayahnya pernah mengunjungi daerah-daerah atau kota-kota yang baru saja diliput.
Ochan pun sadar ternyata banyak hal tentang ayahnya yang tidak
diketahuinya. Termasuk bagaimana ayah dan ibunya pertama kali bertemu?
Peristiwa ini membuat Ochan bertekad bahwa kelak anaknya nanti tidak
boleh mengalami hal seperti yang dialami dirinya. Anaknya kelak harus
tahu sebanyak-banyaknya tentang dirinya. Dari sinilah lahir buku River’s
Note
Buku River’s Note berisi kisah-kisah, pengalaman-pengalaman Ochan
yang dituturkan untuk anaknya, River. Ya, nama River diberikan di saat
dia masih berada dalam rahim ibunya. Karena nama River bisa untuk
laki-laki dan juga bisa untuk perempuan.
Ochan menceritakan bagaimana ibunya yang ingin sekali naik haji.
Namun keinginan itu tidak kunjung tiba. Mungkin karena beban ekonomi
yang menuntut ayah dan ibunya harus membiayai sekolah anak-anaknya
hingga perguruan tinggi.
Ochan menuturkan bahwa ibunya itu orang yang amat wara’. Dia tidak
ingin mengambil hak orang lain. Ibunya yang seorang hakim itu tiap hari
memeriksa tas-tas sekolah anaknya. Pada suatu hari, si ibu menemukan
pensil dari dalam tas adik Ochan. Si ibu menanyakan tentang pensil itu,
sebab seingatnya dia tidak pernah membelikan pensil seperti itu.
Setelah tahu bahwa pensil itu diambil dari bawah meja sekolah adik
Ochan dan sesuai pengakuannya juga bahwa itu bukan pensil miliknya, maka
ibu Ochan langsung memerintahkan malam itu juga supaya pensil
diletakkan di tempat semula. Ochan dan adiknya pun pergi ke sekolah di
malam hari untuk meletakkan pensil di tempatnya semula.
Menurut ibunya, mengembalikan hak orang lain tidak boleh ditunda-tunda. Cerita ini dituturkan Ochan kepada River.
Ochan juga menceritakan bahwa dia pernah membeli sepotong roti. Waktu
itu, dia sedang berada di pelabuhan. Setelah uang diterima tukang roti,
ternyata uang terlepas dan jatuh ke gorong-gorong yang menyambung
dengan laut.
Ochan pun berniat mengganti uang itu, namun penjual roti itu
menolaknya dan berkata, “Gak usah pak. Itu belum rezeki saya. Kalau
sudah rezeki saya, bila sudah sampai tenggorokan saya.”
Nampaknya Ochan ingin menanamkan pengertian bahwa begitulah rezeki.
Walau dikejar setengah mati, kalau belum rezeki, tidak akan dapat juga.
Bahkan yang sudah di tangan pun, bila belum rezeki, akan terlepas.
Dalam kisah yang lain dengan tema yang sama, Ochan bercerita pada
River bahwa dia memperoleh rezeki untuk berkunjung ke tanah suci Mekkah.
Rezeki yang tidak pernah disangka-sangkanya.
Suatu ketika, di saat pulang dari kantor, Ochan melihat seseorang
yang dilihat dari penampilannya baru saja pulang dari memancing. Karena
di tasnya terdapat alat pancing. Kembali berdasarkan pengamatannya,
orang ini memancing bukan untuk kesenangan, tapi untuk memenuhi
kebutuhan lauk pauk makanan keluarganya. Dia berjalan di antara
mobil-mobil yang terjebak macet, sambil menggandeng putrinya yang masih
kecil. Dilihat dari raut mukanya nampak tidak ada beban, demikian pula
putrinya, dia berjalan dengan riang; tidak terlihat rasa letih.
Di sini Ochan teringat kata-kata gurunya, “Pembohong atau orang-orang
yang tidak jujur dapat mendapatkan apa saja, kecuali ketenangan dan
kedamaian.”
Wahai anakku River, mungkin pakaian bapak tua itu lusuh, dia berjalan
kaki. Tapi nampak tenang dan damai, tidak seperti orang-orang yang
berada di dalam mobil ini.
Ochan kagum pada atasannya yang begitu wara’. Pada suatu ketika
atasannya ini ingin menelpon istrinya. Di tempat Ochan bekerja, setiap
karyawan biasanya memiliki dua telpon genggam. Satu HP milik pribadi dan
satu HP dengan pulsa yang diberikan oleh kantor.
Ochan menyerahkan HP dengan pulsa yang diperolehnya dari kantor.
Mengetahui hal ini atasan Ochan menolak tawaran itu, “Ini urusan
pribadi, bukan urusan kantor.”
Buku ini banyak berisi kisah-kisah inspiratif. Saya pernah mengikuti
bedah buku ini di Rumah Dunia, di tempatnya Mas Gong. Pada saat itu
banyak diceritakan kisah-kisah yang belum saya cantumkan di sini.
Buku ini layak untuk orang tua, pengantin baru, calon pengantin,
remaja dan siapa saja yang ingin banyak mengambil pelajaran dari
berbagai hal.
Kisah ini disajikan secara bertutur. Ochan seolah-olah bercerita langsung kepada River. Sehingga enak untuk dibaca.
Mengenai kekurangannya, mungkin dibuat versi untuk anak-anaknya.
Maksudnya dengan cerita yang sama, namun dengan banyak gambar. Kalau
perlu gambar berwarna. Sehingga buku ini dapat diceritakan kepada
anak-anak dengan cara cukup menunjukkan gambar-gambarnya saja.
sumber image:daengbattala.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar