Jumat, 16 Mei 2014

Yuk Menulis







           Judul Buku:: Creative Writing
           Penulis: AS Laksana

Penerbit :    MediaKita
Edisi :    Soft Cover
ISBN :    9797940012
ISBN-13 :    9789797940010
Tgl Penerbitan :    2006-00-00
Bahasa :    Indonesia
Halaman :    x+ 166 hlm
Ukuran :    0x0x0 mm

Teman-teman ingin belajar menulis? Atau mereka yang sudah menulis, butuh sedikit suplemen? Tidak salahnya untuk membaca buku yang berjudul “Creative Writing, karya A.S. Laksana”

Kenapa buku ini dikatakan penting untuk mereka yang ingin belajar menulis atau perlu untuk penulis pemula? Karena di dalamnya akan ditemukan berbagai penghalang, penghambat orang untuk menulis. Serta cara mengatasi penghalang dan penghambat itu.

Mas A.S. Laksana dalam pembahasannya, dia menganjurkan agar kita membuat sebuah tulisan yang buruk. Membuat tulisan yang buruk artinya adalah membuat tulisan yang alurnya berantakan, tidak runut serta kosakata yang dipergunakan kemungkinan besar masih kurang tepat.

Tulisan buruk ini merupakan draft awal dari sebuah tulisan yang sesungguhnya. Kalau dalam dunia melukis, tulisan yang buruk sama saja dengan sketsa (coret-coretan) dan bukan lukisan yang sesungguhnya. Langkah membuat tulisan buruk ini dianggap A.S. Laksana sebagai suatu hal yang penting.

Menulis buruk akan membuat anda terhindar dari ketegangan yang tidak perlu, membuat anda terbebas dari beban-beban yang menyumpal di benak anda. (hal 9)

Keharusan untuk membuat tulisan bagus SEJAK AWAL akan membuat banyak orang sulit untuk memulai tulisan mereka, terbebani, ruwet dengan diri sendiri dan tak pernah sungguh-sungguh menulis. (hal 9)

Draft pertama yang buruk, ketika ia ada, akan jauh lebih baik dibandingkan tulisan yang sempurna tetapi tidak pernah ada (hal.10)

Anjuran yang berikutnya adalah ‘Menulislah dengan cepat’. Di dalam pembahasan ini, mas A.S. Laksana ingin menekankan ‘jadilah diri sendiri di saat menulis’. Penekanan untuk menjadi diri sendiri dalam menulis bukan berarti dilarang untuk meniru gaya tulisan seorang penulis terkenal.

Beliau hanya menekankan bahwa tidaklah mungkin bila seseorang ingin meniru 100% gaya tulisan seorang penulis lain. Sebab semua orang mempunyai gaya dan keunikkannya masing-masing.

Termasuk dalam pembahasan ini adalah tidak perlu memaksakan menggunakan kata-kata yang indah, bila memang kita tidak terbiasa. Sebab bila memaksakan diri, akan mempersulit kita. Akan membuat kita menjadi tersendat-sendat dalam menulis.

Bila seseorang sudah menjadi dirinya sendiri dalam menulis, maka dia akan enjoy, tanpa beban dalam menulis. Tulisan akan terasa mengalir. Sebab dia menulis sesuatu dengan gaya bahasanya sendiri, pemilihan kosakata yang sudah diketahuinya.

Keuntungan menulis dengan cepat akan mendobrak dua penghalang/alasan yang biasa digunakan seseorang untuk malas menulis. Yaitu tidak adanya mood dan waktu untuk menulis. Dua penghalang ini akan hilang dengan sendirinya, bila seseorang mau menulis dengan cepat.

Anjuran berikutnya adalah ‘Jangan Menulis Sekaligus Mengedit’. Jika seseorang menulis sambil mengedit, dikhawatirkan tulisannya tidak akan selesai-selesai.

Baru satu kalimat sudah terasa tidak bagus dan langsung dihapus. Tidak percaya diri menghinggapi membuat seseorang tidak segan-segan menghilangkan kata-kata yang sebelumnya telah dipilih.

Sebenarnya anjuran ‘Jangan Menulis Sekaligus Mengedit’ merupakan lanjutan dari anjuran “Menulis (membuat tulisan) yang buruk”. Kalau seseorang masih mengedit di saat tulisan belum selesai, itu berarti di dalam benaknya masih terbebani untuk menghasilkan tulisan yang bagus di saat-saat awal. Yaitu di saat tulisan belum usai ditulis. Akibatnya, dia akan berhenti melanjutkan tulisannya.

Cukup banyak anjuran-anjuran yang disampaikan oleh penulis. Anjuran-anjuran pertama berkaitan dengan masalah paling mendasar dalam menulis. A.S. Laksana –di bagian-bagian awal- ingin menjelaskan bahwa menulis itu mudah. Bahkan di saat tidak mempunyai ide. Jika ingin menulis, tulislah!

Tulislah apa saja, tulislah apa yang terlintas di pikiran dan hati.
 

Tuliskan apa saja yang terlintas di pikiran dan hati, walau tidak ada ide untuk menulis. Bila ini sudah dilakukan, nanti ide itu akan muncul. Menulis apa saja ketika sedang tidak punya ide sebenarnya adalah salah satu cara UNTUK MEMANCING DATANGNYA IDE (hal 5).

Buatlah tulisan yang buruk, menulislah dengan cepat dan jangan menulis sekaligus mengedit. Anjuran-anjuran seperti ini merupakan anjuran mendasar yang mendobrak image bahwa membuat tulisan itu sulit.
 

Sedangkan pembahasan-pembahasan selanjutnya berkaitan dengan masalah tekhnis menulis. Seperti membuat tulisan berangkat dari 3 kata. A.S. Laksana menamakannya sebagai alat bantu.

Alat bantu untuk menulis cepat itu adalah strategi 3 kata. Yang Anda lakukan adalah menulis dengan memanfaatkan 3 kata. Misalnya buku, kucing dan nasib. Ini digunakan untuk membuat paragraf pertama. (hal 16)
 

Gunakan salah satu kata untuk mengawali tulisan anda dan dua kata lainnya bebas di tempatkan dimana saja. (Hal 16-17)

Kenapa tiga kata bisa membuat anda menemukan cerita? Sesungguhnya itulah keajaiban otak anda. Perangkat ajaib di dalam kepada anda itu memimiliki kemampuan berasosiasi. Ia bisa merangkai hubungan dari hal-hal yang tampaknya tidak saling berkaitan.

Coba anda hubungkan panci dengan kendaraan bermotor, maka otak Anda akan memberi tahu bahwa panci bisa anda gunakan sebagai helm pengaman. Hubungkan panci dengan penjahat, maka otak Anda akan memberi tahu bahwa panci bisa digunakan sebagai alat untuk memukul penjahat. (Hal 24)

Tekhnik penulisan lainnya adalah “Show, Don’t Tell”. Contohnya adalah kalimat berikut ini;
 

Doni menatap makanan yang sudah menjadi dingin di depannya. 4 hari lalu, ia makan di tempat ini dan seorang pelayan rumah makan secara tak sengaja menyenggol meja dan menumpahkan minumannya. Gadis itu meminta maaf dan buru-buru mengeringkan genangan minuman di meja. Sejak peristiwa itu, senyum dan aroma gadis itu seperti terus mendekam di dadanya. (Hal 32)

Dalam alenia selanjutnya diceritakan bagaimana gadis itu cantik, dijelaskan bahwa Doni jatuh cinta. Akan tetapi menggambarkan cantik bukan hanya dengan ungkapan cantik. Namun dijelaskan bagaimana bentuk alis dan seterusnya. Penjelasan ini dipertajam lagi pada pembahasan “Deskripsi dengan Lima Indera” (hal. 41)

Perasaan Doni yang jatuh cinta tidak diungkapkan dengan kata cinta. Namun diberikan ilustrasi mengenai orang yang sedang jatuh cinta. Pembahasan lebih detilnya lagi terdapat dalam pembahasan “Mengkonkretkan Konsep-konsep Abstrak” (Hal. 37)

Bagaimana menggambarkan cinta, benci dan kesal misalnya tanpa menggunakan kata-kata ini. Pembahasan mengenai hal ini terdapat dalam pembahasan “Mengkonkretkan Konsep-konsep Abstrak”

Pada pembahasan selanjutnya ada pembahasan mengenai Karakter tokoh, plot dan seterusnya.

Buku ini bagus. Karena dilengkapi dengan contoh-contoh dan latihan-latihannya. Masing-masing pembahasan dibagi secara sistematis, sederhana dan efektif. Sehingga selesai membaca satu pembahasan, pembaca dapat mencoba memahami ulang terlebih dahulu serta mencoba untuk melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Setelah itu baru berpindah pada pembahasan berikutnya.

Kekurangannya, buku ini tidak membahas bagaimana membuat tulisan yang memiliki visi dan misi. Tidak ada pembahasan mengenai membuat sebuah tulisan yang idealis.

Sesuai dengan judulnya CREATIVE WRITING ‘Tips dan Strategi Menulis untuk Cerpen dan Novel’, buku ini tidak membahas mengenai tekhnik dalam membuat tulisan yang masuk kategori non fiksi. Karena Cerpen dan Novel merupakan tulisan yang masuk kategori fiksi.

Walaupun pembahasan “Deskripsi dengan Lima Indera” dan pembahasan “Mengkonkretkan Konsep-konsep Abstrak” dibutuhkan dalam penulisan Catatan Perjalanan, Reportase, Liputan, Memoar yang semuanya notabene masuk kategori penulisan nonfiksi.

Akan tetapi sebagaimana yang dikatakan di atas, berbagai anjuran yang dibahas dalam halaman-halaman pertama, tetap penting dibaca oleh siapapun. Baik mereka yang gemar menulis fiksi maupun mereka yang gemar menulis non fiksi.


sumber image:dipineo.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar